"Dalam hal rupee India, nilai tukar dan stabilitas keuangan makro sangat menarik untuk mata uang ini," kata Alessia Berardi, kepala riset makro dan strategi EM di Amundi. "Jika Anda memiliki portofolio khusus Asia, atau menginginkan eksposur Asia, ini adalah mata uang yang Anda inginkan."
Sentimen investor terhadap India telah meningkat karena negeri Bollywood menjadi salah satu negara dengan laju pertumbuhan ekonomi tercepat di antara negara utama dunia. Dana-dana asing menerima imbal hasil yang tinggi pada surat utang India dalam mata uang lokal karena bank sentral diprediksi akan menahan suku bunga sampai awal tahun depan.
Obligasi India bertenor 10 tahun menawarkan imbal hasil 7,07%, dibandingkan dengan 6,30% untuk obligasi Indonesia dengan tenor yang sama. Para investor yang meminjam dolar untuk membeli aset-aset berpendapatan tetap dalam mata uang rupiah telah mendapatkan 4,7% di paruh pertama tahun ini, dibandingkan dengan 2% untuk India.
"Volatilitas rupee India yang rendah membuatnya menjadi kandidat carry trade (mengambil keuntungan dari perbedaan tingkat suku bunga antar negara) yang kuat," kata Johnny Chen, manajer portofolio di William Blair Investments. "Mengingat bobot ekspor yang terkait dengan komoditas yang relatif tinggi di Indonesia, rupiah Indonesia mungkin akan mengalami lebih banyak volatilitas."
Volatilitas satu tahun rupee merosot lebih dari 100 basis poin tahun ini menjadi 5,21% pada 23 Juni, terendah sejak 2007, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Bloomberg News. Ini adalah yang terendah di Asia setelah dolar Hong Kong.
- Dengan Asistansi dari Masako Kondo.
(bbn)