"Kinerja SBN kita dengan capital inflow yang masih tumbuh positif, menjadikan SBN kita sangat kompetitif dan diburu oleh investor," jelas Sri.
SBN masih menjadi buruan asing tecermin dari gelar lelang di pasar primer yang terus dibanjiri oleh pemodal, termasuk nonresiden.
Animo yang masih tinggi itu membuat yield curve atau selisih imbal hasil antara SUN dan US treasury saat ini terbilang cukup sempit yaitu di bawah 300 bps, sekitar 254 bps. Selisih itu masih lebih rendah dibandingkan Filipina dan India yang dinilai memiliki kinerja ekonomi relatif baik sebagai benchmark RI.
Negara emerging market lain seperti negara-negara Amerika latin juga Afrika selatan mencatat selisih imbal hasil yang sangat lebar. Brasil misalnya yield spread mencapai 723 bps, lalu Meksiko 487 bps dan Afrika Selatan 815 bps.
"Ini adalah kinerja yg tidak mudah, karena dalam kondisi suku bunga yang terus naik maka semua negara harus membayar sangat tinggi dampak dari lingkungan global yang mengalami guncangan dan memburuk," jelas Sri.
Dari sisi pemerintah selaku penerbit surat utang, yield yang rendah membuat biaya dana (cost of fund) menjadi lebih murah. Akan tetapi, penting untuk menjadi kewaspadaan bila yield spread kalah dengan negara sekelompok, itu bisa membuka risiko modal asing pergi dan parkir di aset emerging lain yang memberi yield spread lebih tinggi.
(rui)