"Harga pangan mengalami gejolak dan ketidakpastian, yang menimbulkan dampak terhadap pemulihan dan pelemahan ekonomi dunia. Lonjakan harga menyebabkan inflasi dan pelemahan ekonomi baik di negara maju dan berkembang.
"Inflasi merupakan salah satu dampak dari ketidakpastian perang, geopolitik, dan komoditas yang volatile, masih pada level yang tinggi meskipun ada tren penurunan. Kenaikan suku bunga, seperti di Eropa, sudah menimbulkan dampak terhadap perlemahan ekonomi," terang Sri Mulyani.
Kemudian di sisi perdagangan internasional, tambah Sri Mulyani, Indonesia masih kuat dengan membukukan surplus 37 bulan beruntun. Namun, surplus neraca perdagangan kian menipis.
"Neraca perdagangan Mei dengan impor tinggi dan ekspor tumbuh tipis, menujukan surplus US$ 0,44 miliar. Memang ini surplus yang tipis, perlu kita waspadai atas adanya pelemahan ekspor," sebutnya.
(aji)