Beberapa hal tidak banyak berubah. Inflasi tinggi dan suku bunga tinggi adalah tema yang terus mendominasi sentimen investor. Sementara China tetap menjadi fokus karena pemulihan ekonomi setelah lockdown Covid-19 yang tak sesuai harapan.
Kepala strategi pasar Barclays Private Bank Lafargue memperkirakan saham ke depannya akan diperdagangkan dalam kisaran sempit selama enam bulan ke depan. "Dampak dari tingkat yang lebih tinggi akan menjadi isu slow burn," katanya dalam sebuah wawancara. "Hal ini akan menggerogoti keuntungan dari waktu ke waktu."
Akibatnya, investor perlu berusaha lebih keras untuk taruhan kemenangan berikutnya, menurut Lafargue, yang merujuk pada energi dan bank sebagai hal yang berharga.
Berikut adalah hal-hal yang menjadi perhatian di paruh pertama 2023:
Kegilaan AI
Desas-desus seputar AI membuat investor menggelontorkan sejumlah besar uang ke sektor teknologi, menambah hampir US$5 triliun nilai perusahaan di Indeks Nasdaq 100. Nvidia, yang cipnya digunakan dalam aplikasi AI, memimpin kenaikan hampir tiga kali lipat, dan meningkatkan nilai pasar perusahaan menjadi lebih dari US$1 triliun.
Beberapa orang berpikir AI akan mendorong efisiensi dan meningkatkan margin keuntungan di seluruh sektor. Sementara yang lain melihat reli teknologi didorong oleh rasa takut akan kemungkinan digantikan.
Nilai Tesla Naik Dua Kali Lipat
Setelan membuat rekor 65% pada tahun 2022, nilai Tesla meningkat lebih dari dua kali lipat tahun ini, termasuk rekor kemenangan beruntun selama 13 hari hingga pertengahan Juni. Hal ini memicu beberapa tanda peringatan, dengan indeks kekuatan relatif mendorong lebih dalam ke wilayah overbought, dan baru-baru ini mencapai level yang belum terlihat lagi sejak akhir 2021.
Bersamaan dengan keuntungan sektor teknologi yang lebih luas, lonjakan tersebut didorong oleh aliran berita positif yang mencakup General Motors Co. dan Ford Motor Co., bergerak untuk mengadaptasi kendaraan listrik mereka ke Supercharger Tesla. Dan sedan Model 3 memenuhi syarat untuk kredit pajak AS penuh.
Krisis Perbankan
Bank mengalami gejolak di kedua sisi Samudera Atlantik. Di Eropa, kegelisahan akan Credit Suisse berubah menjadi kepanikan besar, setelah para klien menarik uang tunai dari mantan ikon keuangan Swiss tersebut. Perusahaan itu dibeli oleh UBS setelah pemerintah buru-buru mengatur pengambilalihan.
Di AS, bank regional dengan aset gabungan lebih dari US$500 miliar runtuh. Dua di antaranya, Silvergate Capital dan Signature Bank of New York, dirugikan oleh koneksi mereka ke kripto. Sementara itu, Silicon Valley Bank dan First Republic Bank tersengat oleh investasi yang terbukti rentan terhadap kenaikan suku bunga bank sentral yang cepat.
Naik-Turun China
Indeks CSI 300 China memulai tahun ini dengan bulan Januari terbaik sejak 2009, mengalami kenaikan lebih dari 7% di tengah optimisme tentang berakhirnya pembatasan Covid-19. Namun pada Mei, benchmark telah menghapus semua keuntungan itu karena yuan yang lebih lemah dan kerapuhan finansial beberapa pengembang properti lokal. Hal ini menambah kekhawatiran terus-menerus atas pertumbuhan dan geopolitik.
Investor yang mengharapkan stimulus ekonomi yang signifikan dari Beijing menjadi tidak sabar, ditambah lagi dengan ketegangan geopolitik yang tidak membantu. Beijing melarang pembelian produk perusahaan AS Micron Technology Inc. dengan alasan keamanan nasional. Hal ini pada akhirnya memacu upaya Partai Republik AS dalam memberi sanksi pada perusahaan-perusahaan semikonduktor AS.
Kembalinya Jepang
Jepang meraung kembali karena indeks Topix mencapai level tertinggi dalam 33 tahun terakhir. Meningkatnya penerimaan inflasi mungkin menjadi salah satu faktor yang mendorong keuntungan, bersama dengan tanda-tanda tata kelola perusahaan yang lebih baik. Pasar juga masih sangat mudah, dengan banyaknya perusahaan yang berdangan di bawah book value atau dengan tingkat kas bersih yang sangat tinggi.
Maka jangan heran jika saham Jepang bahkan mendapatkan dukungan dari Warren Buffett.
--Dengan asistensi dari Subrat Patnaik dan Michael Msika.
(bbn)