"Ketika Presiden Biden menandatangani Covid-19 Origin Act, ia mengarahkan komunitas intelijen untuk menggunakan semua alat yang bisa digunakan untuk mendeteksi asal-usul Covid-19," kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih Adam Hodge dalam pernyataan via email. "Penerbitan laporan ini merupakan komitmen untuk mendeklasifikasi dan membagikan sebanyak mungkin informasi terkait asal-usul Covid-19, sambil melindungi sumber dan metodenya."
AS telah menerbitkan laporan serupa sebelumnya, dan menurut juru bicara kedutaan China di Washington Liu Pengyu "penelusuran asal-usul Covid-19 adalah tentang sains dan tidak dapat dipolitisasi."
"AS harus berhenti mengulangi narasi 'kebocoran laboratorium'. Berhenti menjelek-jelekkan China dan berhenti mempolitisasi masalah penelusuran asal-usul," kata Liu dalam sebuah pernyataan. Ia menambahkan, para ahli dari misi bersama WHO dan China telah secara resmi menyimpulkan kebocoran laboratorium bukan penyebab dari pandemi.
Tenggat Waktu yang Terlewat
Pemerintahan Biden melewatkan batas waktu 18 Juni untuk merilis laporan intelijen yang tidak diklasifikasikan. Tanggal tersebut bertepatan dengan perjalanan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke Beijing yang sudah lama dinantikan. Dalam perjalanan tersebut, ia bertemu dengan Presiden China Xi Jinping sebagai upaya untuk memulihkan komunikasi antara kedua negara di level kepemimpinan senior dan di sektor militer.
Perjalanan tersebut, yang awalnya akan dilakukan pada Februari, diundur setelah kehebohan atas dugaan balon mata-mata China terlihat di wilayah AS. Biden menandatangani undang-undang yang mewajibkan Direktur Intelijen Nasional Avril Haines merilis informasi yang tidka diklasifikasikan pada Maret.
Laporan baru tersebut didasarkan pada temuan sebelumnya, termasuk laporan Departemen Luar Negeri pada Januari 2021. Laporan tersebut menyatakan bahwa pemerintah AS memiliki alasan untuk percaya bahwa beberapa peneliti di laboratorium Wuhan jatuh sakit pada tahun 2019, sebelum kasus pertama wabah Covid-19 teridentifikasi, dengan gejala yang sama dengan virus dan penyakit musiman yang umum.
Laporan dari ODNI menyatakan bahwa tidak ada indikasi para peneliti dirawat di rumah sakit karena Covid. Dan komunitas intelijen tidak dapat memastikan apakah ada peneliti yang pernah menangani virus hidup sebelum jatuh sakit.
Laporan tersebut membenarkan bahwa para peneliti Wuhan telah berkolaborasi dengan Tentara Pembebasan Rakyat China dalam penelitian kesehatan masyarakat yang mencakup virus corona, juga vaksin dan pengobatan untuk virus semacam itu. Meskipun tidak ada penelitian yang diketahui yang dapat menyebabkan munculnya SARS-CoV-2.
Laporan tersebut mengatakan, beberapa ilmuwan di institut Wuhan telah merekayasa virus corona secara genetik menggunakan praktik laboratorium umum. Menambahkan bahwa mereka tidak mengetahui manipulasi virus bisa menjadi sumber SARS-CoV-2.
Laporan tersebut juga mengidentifikasi masalah keselamatan dan keamanan di laboratorium, yang dapat meningkatkan risiko paparan virus secara tidak sengaja. Komunitas intelijen mengatakan tidak mengetahui insiden biosafety tertentu yang mungkin menjadi pemicu pandemi.
Hipotesis Kebocoran Laboratorium
Hingga saat ini, komunitas intelijen AS hanya membagikan sedikit detail tentang informasi yang dikumpulkannya sejak awal pandemi.
Tahun lalu, agensi menyimpulkan dua penyebab yang masuk akal: virus muncul pada hewan dan menyebar ke manusia, atau muncul dari insiden di laboratorium Wuhan. Terlepas dari ketidaksepakatan di antara agensi tentang hipotesis mana yang lebih mungkin, komunitas intelijen setuju bahwa Covid-19 tidak sengaja dikembangkan sebagai senjata biologis.
FBI dan Departemen Energi AS sama-sama mengatakan teori kebocoran laboratorium mungkin terjadi. Dugaan tersebut tetap menjadi pandangan minoritas, dan sebagian besar kelompok lain menganggap paparan manusia terhadap hewan yang terinfeksi lebih mungkin terjadi.
Laporan tersebut juga mengatakan sebagian besar, tetapi tidak semua, badan intelijen mengesampingkan bahwa Covid-19 direkayasa secara genetik atau diadaptasi di laboratorium.
--Dengan asistensi dari Madison Muller.
(bbn)