Logo Bloomberg Technoz

Sepanjang pekan ini, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) menguat 0,77%.

Dollar Index (Sumber: Bloomberg)

Fed Hawkish, Dolar Berjaya

Penguatan dolar AS ditopang oleh prospek kebijakan moneter di Negeri Paman Sam. Pekan lalu, Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed ) menggelar rapat penentuan suku bunga acuan.

Federal Funds Rate memang ditahan di 5-5,25%. Namun dalam konferensi pers usai rapat, Ketua Jerome Powell menyampaikan pernyataan yang sangat hawkish.

Powell menyebut hampir seluruh pejabat The Fed masih memperkirakan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut. “Tekanan inflasi masih berlanjut dan masih tinggi. Proses mengembalikan inflasi ke target 2% masih panjang,” tegas Powell, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.

Minggu ini, Powell memberikan paparan di hadapan Kongres. Powell pun kembali menegaskan posisi (stance) The Fed.

“Saya dan kolega memahami kesulitan yang disebabkan oleh inflasi. Kami berkomitmen kuat untuk membawa inflasi menuju target 2%. 

“Hampir seluruh anggota FOMC (Federal Market Open Committee, komite pengambil kebijakan The Fed) memperkirakan bahwa masih layak untuk menaikkan suku bunga acuan sampai akhir tahun ini. Menurunkan inflasi membutuhkan periode pertumbuhan ekonomi di bawah tren dan pelonggaran pasar tenaga kerja,” papar Powell.

Oleh karena itu, pelaku pasar memperkirakan Federal Funds Rate belum bisa turun sampai 2024. Berdasarkan survei MLIV Pulse yang melibatkan 223 responden, 70% menyebut The Fed belum selesai dengan kenaikan suku bunga acuan. Hanya 30% yang menyatakan suku bunga acuan sudah mencapai puncak.

Saat ditanya kapan The Fed bisa menurunkan suku bunga, 56% responden memperkirakan batu akan terjadi paling cepat kuartal II-2024. Sementara 35% memperkirakan pada kuartal I-2023 dan sekitar 10% menyebut kuartal IV-2023.

Sentimen suku bunga tinggi berdampak positif bagi dolar AS. Suku bunga tinggi menjamin imbalan investasi aset-aset berbasis dolar AS akan tetap menarik.

Hasilnya, arus modal mengalir deras ke pasar keuangan Negeri Adidaya. Derasnya permintaan dolar AS membuat mata uang ini menguat.

Dalam waktu dekat, potensi penguatan dolar AS masih terbuka. Grafik analisis teknikal menunjukkan titik resistance terdekat Dollar Index ada di 101,03.

Sumber: Bloomberg

Oleh karena itu, rupiah pun berisiko melemah. Secara teknikal, target support rupiah ada di Rp 15.215/US$.

Sumber: Bloomberg

(aji/frg)

No more pages