Saham-saham LQ45 yang tercatat drop harganya adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) turun 160 poin (4,9%) ke posisi Rp3.070/saham, PT Surya Esa Perkasa Tbk (ESSA) kehilangan 25 poin (4,3%) ke posisi Rp560/saham, dan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) turun 45 poin (2,5%) ke posisi Rp1.735/saham.
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) akan membagikan dividen sebesar Rp71/saham atau setara dengan Rp2,7 triliun dari tahun buku 2022. Dengan jumlah dividen Rp5,34 triliun termasuk dividen interim, maka Dividen Payout Ratio (DPR) atau rasio pembayaran dividen UNVR pada tahun buku 2022 mencapai 99,29%.
Untuk pasar saham Asia kompak bergerak melemah pada sore hari ini. Indeks Hang Seng Hong Kong terdepresiasi 1,71%, indeks Nikkei 225 drop 1,45%, indeks Strait Times Singapore turun 0,96%, dan indeks Kospi anjlok 0,91%. Sementara itu Dow Jones Index Future minus 0,35%.
Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan upaya untuk mengembalikan inflasi AS ke angka 2% sangat penting untuk mendukung kesehatan jangka panjang ekonomi Amerika Serikat (AS). Sehingga, suku bunga acuan perlu bergerak lebih tinggi untuk menahan tekanan harga.
Powell mengatakan kepada Komite Senat Perbankan pada Kamis (22/6/2023) para pejabat The Fed merasa "Akan tepat untuk menaikkan suku bunga lagi tahun ini, dan mungkin terjadi sebanyak dua kali," jika ekonomi berjalan seperti yang diharapkan.
Pengetatan tersebut mengindikasikan meningkatnya kekhawatiran investor bahwa upaya untuk memperlambat inflasi bisa menyebabkan perlambatan ekonomi. Hal ini bisa dapat menyebabkan konsumen menarik kembali pengeluaran saat tingkat suku bunga berada di titik yang lebih tinggi.
Di lain sisi, seperti yang diwartakan Bloomberg News. Menteri Keuangan AS Janet Yellen melihat berkurangnya risiko AS terjun ke jurang resesi. Ia menyatakan bahwa perlambatan belanja konsumen mungkin merupakan harga yang harus dibayar untuk mensukseskan upaya menahan inflasi.
Tentang kemungkinan resesi, Yellen mengatakan "Kemungkinannya menurut saya, jika ada, telah turun. Melihat ketahanan pasar kerja dan turunnya inflasi."
"Saya tidak mengatakan itu bukan risiko, karena The Fed (Bank Sentral AS) sedang memperketat kebijakan, moneternya" katanya menyinggung 10 kenaikan suku bunga acuan The Fed sejak Maret 2022 dengan potensi kenaikan lebih tinggi lagi.
(fad/evs)