Direktur Utama Pelindo Arief Suhartono menjelaskan, kerjasama antara Pelindo, INA dan DP World untuk mengoperasikan terminal kontainer di Pelabuhan Belawan. Sekaligus memperbesar kapasitas terminal kontainer yang sekarang ada di kisaran 700 ribu TEUs.
"Itu yang dikerjasamakan selama 30+20 tahun. Kapasitasnya saat ini akan dikembangkan sampai dengan 1,4 juta TEUs. Yang penting juga adalah menggerakkan dan menciptakan kegiatan ekonomi di sekitar situ (Pelabuhan Belawan)," terangnya.
CEO INA Ridha Wirakusumah menyampaikan, nilai investasi yang ditanam konsorsium untuk Pelabuhan Belawan sekitar US$400 juta.
"Ada nilai investasi terkait dengan extension dermaga dan juga investasi peralatan angkanya sekitar US$400 juta," imbuhnya.
Pelindo bersama konsorsium INA tengah merancang pengapalan langsung (direct call) dari Pelabuhan Belawan ke sejumlah negara, secara bertahap. Salah satu negara yang sedang dibidik adalah India.
India dipilih sebagai salah satu tujuan prioritas karena potensinya yang besar, dan posisinya yang strategis sebagai pintu gerbang Asia Selatan. Selama ini, nilai dan volume perdagangan antara Indonesia dan India juga terus meningkat.
Data perdagangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UN Comtrade) mencatat, nilai perdagangan kedua negara pada 2016 hanya US$ 16,92 miliar. Lima tahun kemudian, pada 2021, nilainya naik hampir 25% menjadi US$ 20,96 miliar. Diperkirakan, jumlah ini akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi di kedua negara.
Dari India, Indonesia banyak mendatangkan kendaraan bermotor, peralatan telekomunikasi, bahan bakar, daging kerbau, serta pakan ternak.
Sebaliknya, Indonesia banyak mengekspor batu bara (nilainya mencapai USD 4,3 miliar pada 2021), produk kelapa sawit (USD 3,4 miliar), besi dan baja (USD 1 miliar), bahan kimia (USD 575 juta), serta karet (USD 331 juta).
Sebagian dari komoditas ekspor ke India ini dikapalkan dari Sumatera yang dikenal sebagai penghasil komoditas perkebunan melalui Pelabuhan Belawan (Sumatra Utara), Pelabuhan Perawang (Riau), dan sejumlah pelabuhan milik swasta di sepanjang Sungai Siak, Provinsi Riau.
Sayangnya, pengangkutan komoditas ekspor selama ini tak bisa dikapalkan langsung menuju negara tujuan. Peti kemas dari Riau harus dikirim dulu ke Belawan. Untuk selanjutnya dari Belawan musti mampir dulu ke pelabuhan transit di luar negeri, untuk digabungkan dengan peti kemas lain.
(yun/evs)