Logo Bloomberg Technoz

Stimulus Tak Cukup, BI Perlu Pangkas Bunga Acuan Demi Ekonomi

Ruisa Khoiriyah
23 June 2023 15:55

Pekerja mengemas Tolak Angin sachet di pabrik PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul di Semarang, Jawa Tengah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Pekerja mengemas Tolak Angin sachet di pabrik PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul di Semarang, Jawa Tengah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia menggelontorkan stimulus makroprudensial melalui injeksi likuiditas pada bank senilai Rp108 triliun agar bisa mendongkrak laju pertumbuhan kredit, salah satu urat nadi perekonomian.

Pengucuran stimulus lanjutan tengah difinalisasi dan direncanakan meluncur Juli nanti, untuk sektor terkait industrialisasi dan hilirisasi di tengah sempitnya ruang bagi bank sentral menurunkan bunga acuan ketika rupiah masih berada dalam tekanan ketidakpastian global. Sektor-sektor itu antara lain, pertambangan, pertanian dan sektor yang dapat mendorong pertumbuhan lebih cepat seperti perumahan yang menjadi leading sector.

Eksperimen otoritas melalui stimulus likuiditas tersebut diklaim BI cukup berhasil mengerek pertumbuhan kredit pada Mei yang tumbuh 9,37% dibandingkan pada April 8,08%. Meski begitu, capaian pertumbuhan kredit pada Mei itu masih belum setinggi Januari-Februari sebesar 10,54%. 

Baca juga: Kredit Mulai Bangkit Meski Permintaan Korporasi Masih Melambat

"Hasil evaluasi kami menunjukkan stimulus makroprudensial dalam bentuk likuiditas mampu menjaga pertumbuhan kredit pada Mei dengan kenaikan 9,39% dari 8,08% pada bulan sebelumnya. Jadi, kebijakan stimulus ini efektif dalam mendorong pertumbuhan kredit," kata Deputi Gubernur BI Juda Agung dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Kamis sore (22/6/2023).

Pertumbuhan kredit perbankan mulai bangkit pada Mei meski belum tinggi (Div. Riset Bloomberg Technoz)