Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Menjaga stabilitas nilai tukar rupiah menjadi fokus utama Bank Indonesia di tengah tingginya ketidakpastian global terutama terkait arah bunga acuan di negara-negara ekonomi utama.

Untuk menyokong pertahanan rupiah, BI berniat mengoptimalkan operasi moneter melalui term deposit valas Devisa Hasil Ekspor dengan menambah pilihan tenor yang lebih pendek dan menambah frekuensi lelang. Yaitu, TD valas DHE overnight, tenor 2-3 hari, juga tenor 1 minggu untuk melengkapi 3 tenor yang sudah ada sebelumnya yaitu 1 bulan, 3 bulan dan 6 bulan.

"Frekuensi dan tenor TD valas DHE di bawah 1 minggu yang selama ini terbatas itu akan ditingkatkan. Kalau operasi moneter valas bisa ditingkatkan, suplai dolar AS akan lebih baik di pasar, rupiah juga akan lebih stabil dan cadangan devisa akan lebih dari cukup. Jadi, kita atasi masalah dari sumbernya [suplai]," kata Perry Warjiyo, Gubernur BI dalam konferensi pers pengumuman hasil Rpaat Dewan Gubernur BI, Kamis petang (22/6/2023). 

Sejak dimulai operasi moneter TD valas DHE pada Maret lalu, nilai total yang dolar AS yang sudah tersedot mencapai US$1,37 miliar atau sekitar Rp20,48 triliun. Masih relatif kecil dibanding permintaan valas di pasar yang bisa mencapai US$2 miliar dari satu entitas saja, seperti PT Pertamina (Persero) yang membutuhkan valas untuk mengimpor minyak dan gas. 

"TD valas DHE sejauh ini belum sepenuhnya dimanfaatkan para eksportir walaupun tawaran bunganya menarik. Nilai penyerapan selama Maret-Juni juga masih kecil dibandingkan nilai ekspor Indonesia yang mencapai US$21 miliar per bulan atau nilai transaksi valas di bank-bank baik spot, swap maupun forward yang mencapai US$ 6 miliar per hari," komentar Satria Sambijantoro, Ekonom Bahana Sekuritas dalam catatan yang diterima Bloomberg Technoz, Rabu (21/6/2023).

Sejauh ini, partisipan lelang TD valas DHE juga baru 10 bank dan 26 korporasi. Di mana proporsi penempatan masih didominasi untuk tenor pendek 1 bulan yang mencapai 50% dari nilai total penyerapan lelang, lalu tenor 3 bulan sebanyak 37% dan tenor 6 bulan sebesar 13%. "Ini instrumen baru jadi memang perlu pemahaman dari bank dan korporasi," kata Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior BI dalam kesempatan yang sama. 

Penambahan pilihan tenor pendek untuk TD valas DHE menjadi langkah adaptif bank sentral untuk menjemput kebutuhan pelaku pasar. "Ketika ketidakpastian tinggi, menjadi wajar bila investor bank lebih memperpendek manajemen dana maupun likuiditas yang sewaktu-waktu bisa berubah, bisa dipindah-pindahkan. Salah satu pertimbangan, kita buka saja fleksibilitas," jelas Destry.

Optimalisasi operasi moneter TD valas DHE menjadi amunisi tambahan bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar selain juga dengan menjalankan strategi yang selama ini sudah berjalan.

Yaitu, intervensi langsung di pasar valas dengan transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di mana itu berpengaruh langsung terhadap naik turunnya posisi cadangan devisa RI, lalu melanjutkan twist operation di mana BI melakukan transaksi jual beli surat utang negara (SUN) jangka pendek di pasar sekunder untuk menjaga selisih imbal hasil obligasi agar tetap menarik bagi para pemodal. 

Nilai tukar rupiah mengalami tekanan sejak Mei lalu dan berlanjut di bulan ini di mana gerak rata-rata rupiah melemah 0,56% dibanding Mei. Akan tetapi, bila menghitung dari posisi akhir 2022 dan akhir Mei, nilai tukar rupiah masih mencatat apressiasi 4,17% dan 0,30%. Itu masih lebih baik dibandingkan penguatan rupee India dan peso Filipina. Sedangkan baht Thailand tercatat melemah 0,7%.

"Kami prakirakan apresiasi rupiah berlanjut ditopang surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," kata Perry.

-- dengan bantuan laporan dari Krizia P. Kinanti

(rui)

No more pages