Sejauh ini, partisipan lelang TD valas DHE juga baru 10 bank dan 26 korporasi. Di mana proporsi penempatan masih didominasi untuk tenor pendek 1 bulan yang mencapai 50% dari nilai total penyerapan lelang, lalu tenor 3 bulan sebanyak 37% dan tenor 6 bulan sebesar 13%. "Ini instrumen baru jadi memang perlu pemahaman dari bank dan korporasi," kata Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior BI dalam kesempatan yang sama.
Penambahan pilihan tenor pendek untuk TD valas DHE menjadi langkah adaptif bank sentral untuk menjemput kebutuhan pelaku pasar. "Ketika ketidakpastian tinggi, menjadi wajar bila investor bank lebih memperpendek manajemen dana maupun likuiditas yang sewaktu-waktu bisa berubah, bisa dipindah-pindahkan. Salah satu pertimbangan, kita buka saja fleksibilitas," jelas Destry.
Optimalisasi operasi moneter TD valas DHE menjadi amunisi tambahan bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar selain juga dengan menjalankan strategi yang selama ini sudah berjalan.
Yaitu, intervensi langsung di pasar valas dengan transaksi spot dan Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF) di mana itu berpengaruh langsung terhadap naik turunnya posisi cadangan devisa RI, lalu melanjutkan twist operation di mana BI melakukan transaksi jual beli surat utang negara (SUN) jangka pendek di pasar sekunder untuk menjaga selisih imbal hasil obligasi agar tetap menarik bagi para pemodal.
Nilai tukar rupiah mengalami tekanan sejak Mei lalu dan berlanjut di bulan ini di mana gerak rata-rata rupiah melemah 0,56% dibanding Mei. Akan tetapi, bila menghitung dari posisi akhir 2022 dan akhir Mei, nilai tukar rupiah masih mencatat apressiasi 4,17% dan 0,30%. Itu masih lebih baik dibandingkan penguatan rupee India dan peso Filipina. Sedangkan baht Thailand tercatat melemah 0,7%.
"Kami prakirakan apresiasi rupiah berlanjut ditopang surplus transaksi berjalan dan aliran masuk modal asing seiring prospek pertumbuhan ekonomi yang kuat, inflasi yang rendah, serta imbal hasil aset keuangan domestik yang menarik," kata Perry.
-- dengan bantuan laporan dari Krizia P. Kinanti
(rui)