Logo Bloomberg Technoz

Devika Krishna Kumar - Bloomberg News

Bloomberg - Harga minyak menetap di bawah US$70. Investor dibuat khawatir dengan kemungkinan kenaikan suku bunga yang lebih tinggi.

Harga WTI anjlok lebih dari 4% ke penutupan terendah dalam sepekan karena sentimen risk-off di pasar yang lebih luas membayang-bayangi data yang menunjukkan penurunan persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS). Persediaan minyak mentah AS turun sekitar 4 juta barel pekan lalu, namun trader merasa penurunan tersebut masih belum cukup untuk mengurangi sentimen negatif.

Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell pada Rabu (21/6/2023) mengatakan pada testimoninya di depan anggota DPR bahwa kenaikan suku bunga lebih lanjut kemungkinan diperlukan untuk memadamkan inflasi. Di sisi lain, suku bunga naik di Inggris dan Norwegia pada Kamis (22/6/2023). 

Pengetatan secara global meningkatkan kekhawatiran investor bahwa upaya untuk memperlambat inflasi bisa menyebabkan perlambatan ekonomi. Hal ini bisa menyebabkan konsumen menarik kembali pengeluaran saat tingkat suku bunga berada di titik yang lebih tinggi.

"Kecenderungan bank sentral ke arah sikap kebijakan moneter yang lebih hawkish, kekhawatiran akan permintaan yang terus meningkat di tengah lemahnya ekonomi China, dan sinyal-sinyal ekonomi AS akan mencatat angka pertumbuhan negatif telah mendorong {Commodity Trading Advisor} dana sistematis lainnya dan pedagang diskresioner untuk mengurangi length."

Bart Melek, kepala strategi komoditas global di TD Securities mengatakan dalam sebuah catatan bahwa kemiringan hawkish bank sentral, bersama dengan melemahnya permintaan China dan kekhawatiran ekonomi AS, telah mendorong trader yang didorong oleh tren dan momentum untuk memotong length.

Grafik penurunan harga minyak. (Sumber: Bloomberg)

Penurunan harga juga meluas ke timespread. Prompt spread minyak Brent merosot ke level terlemah sejak akhir Mei, menandakan pasokan yang kuat dalam jangka pendek.

Harga minyak sebagian besar berada di titik rangebound sejak Mei, karena tekanan suku bunga yang lebih tinggi dan pasokan yang kuat bersaing dengan upaya OPEC+ untuk mendukung minyak mentah. Badan Energi Internasional mengatakan trader saat ini fokus pada prospek paruh kedua tahun ini, yang mungkin ketat bahkan dengan pertumbuhan China yang lamban.

"Kenegatifan saat ini mungkin sangat didasarkan pada ketakutan akan skenario terburuk, lebih dari kemungkinan fakta di lapangan untuk neraca tahun ini," kata Melek. TD Securities masih mengharapkan minyak mentah berjangka AS bisa mendekati US$90 per barel di akhir tahun, katanya.

Harga:

- WTI untuk pengiriman Agustus turun 4,2% menjadi US$6951 per barel pada pukul 13.40 waktu New York.
- Brent untuk pengiriman Agustus turun 3,9% menjadi menetap di US$74,14 per barel.

(bbn)

No more pages