Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memilih fokus pada stabilisasi nilai tukar rupiah yang tengah banyak menghadapi tekanan ketidakpastian ekonomi global dengan mempertahankan bunga acuan BI7DRR di level 5,75% selama lima bulan berturut-turut. Perlambatan ekonomi domestik yang sebagian besar juga dipicu oleh langkah pengetatan moneter sejak Agustus 2022 tidak menyurutkan langkah bank sentral melanjutkan bunga di posisi lebih tinggi dalam kurun waktu lebih lama. 

Namun, bank sentral memastikan pertumbuhan ekonomi domestik tidak terlalu terluka oleh pengetatan moneter dengan menggelontorkan stimulus makroprudensial kepada perbankan supaya bisa leluasa menyalurkan kredit ke 46 sektor prioritas. Nilai stimulus likuiditas yang sudah dikucurkan oleh Bank Indonesia sejauh ini mencapai Rp108 triliun kepada 122 bank yang mengucurkan kredit ke sektor usaha terkait program pemulihan ekonomi.

"Selama ini kami berikan stimulus likuiditas pada 46 sektor prioritas UMKM, ekonomi hijau sebesar 2,8% dana pihak ketiga total Rp108 triliun dengan 122 bank," jelas Perry Warjiyo, Gubernur BI dalam konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Kamis (22/6/2023).

Stimulus likuiditas tersebut masih terkait untuk penguatan sektor yang terdampak pandemi Covid-19. Kini, setelah semakin banyak sektor industri yang mulai pulih seiring pandemi berakhir, BI akan reorientasi pemberian stimulus likuditas pada industri terkait hilirisasi sektor mineral batubara juga pertanian, perkebunan dan perikanan. Juga, sektor perumahan, pariwisata, UMKM, juga ekonomi hijau. 

"Stimulus itu kami gunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Perry.

Sejauh ini sektor yang belum pulih adalah industri tekstil, alas kaki, horeka dan angkutan udara. 

Perry mengatakan, bank sentral mendengar suara ekonom yang menyatakan BI7DRR sebaiknya tetap meski nant Fed fund rate naik. BI menjawab, "Tidak hanya tetap, tetapi juga stabilisasi nilai tukar. Itulah pertahanan kita," kata Perry.

(rui)

No more pages