Adapun sektor Pertambangan mencatat perlambatan kebutuhan pembiayaan, dan penurunan oleh sektor Infokom. "Perlambatan yang terjadi merupakan dampak dari kegiatan operasional karena lemahnya permintaan domestik dan ekspor serta penundaan sejumlah rencana investasi," jelas Bank Indonesia, dikutip Kamis (22/6/2023).
Pada Mei lalu, kebutuhan pembiayaan korporasi masih didominasi oleh dana sendiri dengan pangsa 56,7%, lebih rendah dibanding April. Akan tetapi, pembiayaan dari kredit perbankan dalam negeri mencatat kenaikan yaitu dari semula pangsanya sebesar 5,6% menjadi 11,5%.
Sedang pembiayaan dari fasilitas kelonggaran tarik tercatat menurun dari 8,5% pada April menjadi 7,7%. Yang menarik, korporasi juga semakin banyak mengambil pembiayaan dari pinjaman perusahaan induk dengan pangsa hingga 5,8%, dari semula 4,9%. Diikuti oleh pembiayaan yang berasal dari penjualan aset tetap non-produktif dengan pangsa meningkat jadi 3,8% dari semula 2,8%.
Kredit bank mulai dilirik lagi
Kebutuhan pembiayaan korporasi masih akan tumbuh akan tetapi dengan tingkat lebih rendah dibanding periode sebelumnya di mana itu diperkirakan akan berlanjut hingga Agustus nanti.
Hasil survei menyebutkan, kebutuhan pembiayaan korporasi 3 bulan ke depan yaitu hingga Agustus 2023, relatif rendah dengan SBT 23,2% dari SBT bulan sebelumnya sebesar 29%.
Sektor konstruksi, pertambangan dan pertanian menjadi sektor-sektor usaha yang diperkirakan mencatat perlambatan kebutuhan pembiayaan, sebagai dampak dari permintaan mitra dagang yang masih lemah serta pesimisme akan peningkatan permintaan masyarakat.
Meski demikian, pemenuhan kebutuhan pembiayaan dalam tiga bulan ke depan dari lini kredit perbankan cenderung meningkat yaitu 14% dari semula 12,6%. Sementara pembiayaan yang bersumber dari laba ditahan, pemanfaatan longgar tarik dan penjualan aset tetap non-produktif masing-masing diperkirakan melambat dibandingkan perkiraan bulan sebelumnya.
Untuk kuartal II-2023, hasil survei memperkirakan pertumbuhan kredit akan naik dibanding kuartal sebelumnya dengan SBT 96,4% dibandingkan 55,9% pada kuartal I-2023. Kenaikan penyaluran kredit diprediksi akan terjadi pada semua jenis kredit terutama oleh bank umum dan BPR.
Perbankan diprediksi semakin longgar dalam menggelontorkan kredit baru terutama untuk jenis kredit konsumsi. Sebaliknya, untuk kredit investasi dan kredit modal kerja diperkirakan masih akan tetap ketat pada kuartal II-2023.
Rumah tangga mulai banyak berutang
Hasil survei juga menyebutkan permintaan pembiayaan oleh rumah tangga mulai sedikit meningkat dari 10% menjadi 10,7% pada Mei lalu.
Pinjaman bank menjadi sumber utama pemenuhan pembiayaan rumah tangga dengan pangsa mencapai 42,7%, meningkat dibanding bulan sebelumnya 41,9%. Selain bank umum, sumber pembiayaan rumah tangga yang mencatat peningkatan adalah pinjaman dari leasing dan dari perusahaan teknologi finansial.
Rumah tangga di Indonesia paling banyak memakai pinjaman multiguna di mana pangsanya mencapai 44,2%, walau pangsanya menurun dari semula 46,2%. Untuk permintaan KPR, KKB juga kredit alat rumah tangga masing-masing memperlihatkan kenaikan pada Mei. Sedangkan pinjaman dari kartu kredit terpantau menurun pangsanya dibanding April lalu.
Rumah tangga dengan pengeluaran di atas Rp5 juta tercatat sebagai kelompok rumah tangga yang mencatat kenaikan permintaan pembiayaan dengan kenaikan pangsa dari 18% menjadi 19,7%. Sedang kelompok pengeluaran Rp1-3 juta dan Rp3-5 juta masing-masing memperlihatkan penurunan pangsa pada bulan lalu.
Hasil survei BI juga memperkirakan, permintaan kredit oleh rumah tangga pada bank umum akan meningkat dalam tiga bulan ke depan, terutama untuk KPR, kredit multiguna dan kartu kredit.
(rui/dba)