Logo Bloomberg Technoz

Permintaan valas memuncak seiring kedatangan musim haji di mana 220.000 jemaah haji diperkirakan mencatat arus keluar permintaan valas hingga US$ 1,5 miliar atau Rp22,5 triliun. Di saat yang sama, impor migas PT Pertamina Persero membutuhkan valas dengan perkiraan mencapai US$ 2 miliar, sekitar Rp30,09 triliun. Permintaan valas juga tinggi seiring musim pembayaran dividen oleh korporasi di bursa domestik. 

Prediksi bunga acuan BI7DRR

Bank Indonesia diperkirakan akan kembali menahan bunga acuan dalam Rapat Dewan Gubernur yang akan diumumkan hasilnya sore nanti (22/6/2023). Tekanan yang dihadapi rupiah menyusul kembalinya bank sentral Amerika Serikat ke jalur pengetatan akan menjadi perhatian utama petinggi di MH Thamrin dalam memutuskan kebijakan moneter.

Di tengah inflasi domestik yang semakin melandai dan sejauh ini sudah berada di kisaran target bank sentral yaitu 4% dengan inflasi inti pada Mei lalu turun signifikan ke level 2,66%, BI boleh berlega hati karena upaya pengendalian inflasi dengan kebijakan moneter ketat sejak Agustus 2022, telah membuahkan hasil. Akan tetapi, sinyal perlambatan yang mulai terlihat di perekonomian Indonesia di sisi lain memperlihatkan kebutuhan stimulasi lebih lanjut agar lajunya kembali kencang supaya target pertumbuhan tahun ini di kisaran 4,5%-5,3% bisa tercapai.

Hasil konsensus dari 29 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg hingga Rabu (21/6/2023), menghasilkan suara bulat memperkirakan BI akan kembali menahan bunga acuan yang sudah di level 5,75% sejak Januari lalu. Menahan bunga acuan akan menjadi langkah aman bank sentral sejurus dengan fokus utama BI menstabilkan nilai tukar rupiah di tengah perlambatan ekonomi domestik yang kian kentara. 

"Kami perkiraan BI7DRR akan dipertahankan di 5,75% sementara langkah berikutnya kemungkinan adalah pengguntingan bunga di mana itu terlalu cepat bila dilakukan sekarang. Perbedaan suku bunga yang semakin sempit akan mengerosi pendukung utama bagi rupiah," kata Tamara M. Henderson, ekonom Bloomberg Economics dikutip Rabu (21/6/2023).

Menurut analis, langkah pengetatan moneter yang ditempuh oleh BI sejak Agustus hingga Januari lalu memang ditujukan untuk mendukung stabilitas nilai tukar. Aliran modal asing ke Indonesia sejauh ini masih relatif kecil dan rapuh dengan risiko pembalikan keluar sejurus dengan tekanan sentimen eksternal.

Dengan level BI7DRR saat ini di 5,75% dan FFR di kisaran 5,1%-5,25%, selisih bunga acuan tinggal 50-65 bps saja. Bila The Fed masih akan menaikkan 50 bps lagi sampai akhir tahun ini, sebagaimana ekspektasi pelaku pasar surat utang, maka selisihnya akan semakin menyempit tinggal 10 bps saja. Itu dapat membawa implikasi pada yield Surat Utang Negara. 

Saat ini selisih yield surat utang RI dan Amerika masih di bawah 300 bps, di mana level tersebut dinilai kurang kompetitif bagi pemodal untuk membeli surat utang RI. Para investor akan lebih memilih US Treasury sejurus dengan peringkat kredit dan risiko investasi aset Amerika yang sejauh ini masih mengungguli aset rupiah. 

Apabila selisih yield semakin sempit, pemodal asing tidak akan segan hengkang dari Indonesia dan membuat nilai tukar rupiah semakin terperosok. Dampak pelemahan nilai tukar bisa kemana-mana dan melukai capaian perekonomian domestik yang sejauh ini cukup stabil.

(rui)

No more pages