Dari global, pelaku pasar keuangan Inggris memperkirakan Bank Sentral Inggris (Bank of England/BoE) akan menaikkan suku bunga acuan lagi setelah pembacaan inflasi yang mengejutkan, inflasi tetap lebih tinggi dari yang diharapkan untuk bulan keempat secara berturut-turut.
Inflasi Harga Konsumen di Inggris tetap tinggi, sebesar 8,7% pada Mei. Jauh di atas target BoE sebesar 2%.
Adapun, pada Kamis pekan ini, BoE diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%, meskipun risiko kenaikan setengah poin juga ikut meningkat.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, tingkat inflasi Inggris tetap lebih tinggi dari ekspektasi selama empat bulan beruntun sehingga memicu spekulasi kenaikan suku bunga acuan meskipun konsumen sudah kesulitan menghadapi lonjakan suku bunga KPR.
“Sehingga menambah tekanan bagi BoE untuk mempertahankan kampanye pengetatan kebijakan moneter. BoE dijadwalkan mengumumkan keputusan suku bunga acuan pada hari Kamis dan diyakini akan melakukan kenaikan suku bunga yang ke-13 secara beruntun untuk menjinakkan inflasi tanpa menciptakan krisis perumahan dan resesi,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Investor tengah mencerna perhitungan awal (Preliminary) data Housing Starts Amerika Serikat yang mencerminkan data jumlah proyek pembangunan rumah secara tidak terduga melonjak 21,7% pada Mei menjadi total 1,63 juta unit.
Ini merupakan angka kenaikan data Housing Starts tertinggi sejak Oktober 2016 dan memberikan sinyal bahwa pasar perumahan dapat kembali bangkit setelah mendapat pukulan dari kenaikan suku bunga acuan yang secara agresif oleh Bank Sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
“Jumlah Building Permits atau surat Izin Mendirikan Bangunan (IMB) naik 5,2% M.M pada Mei menjadi 1,49 juta, indikasi bahwa pembangunan atau konstruksi perumahan bersiap menopang pertumbuhan ekonomi AS pada bulan-bulan mendatang,” pungkasnya.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, Ketua The Fed Jerome Powell teguh dalam pengetatan suku bunga acuan untuk melawan inflasi. Adapun dalam laporan tengah tahunannya kepada Kongres, Powell memperbaharui peringatan bahwa suku bunga yang lebih tinggi diperlukan, ia mengatakan dua kenaikan suku bunga lagi tahun ini adalah "Tebakan yang cukup bagus", sambil mendukung target inflasi 2% Bank Sentral.
Senada dengan pernyataan hawkish sebelumnya, Powell dalam konferensi pers FOMC menegaskan, otoritas moneter membutuhkan kenaikan suku bunga acuan setidaknya dua kali lagi agar target inflasi negeri itu bisa terus dijinakkan mendekati target.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup menguat 0,63% ke 6.702 dan disertai dengan munculnya volume pembelian, penguatan IHSG pun berhasil menembus MA-20.
“Apabila IHSG masih sanggup bergerak di atas 6.626 sebagai support terdekatnya, maka posisi IHSG saat ini sedang berada di awal wave c dari wave (i) dari wave [iii] pada label merah yang akan membawa IHSG menguat menuju 6.744-6.819,” papar Herditya dalam risetnya pada Kamis (22/6/2023).
Herditya juga memberikan catatan, waspadai apabila break kembali ke bawah 6.626, maka IHSG belum selesai membentuk wave b dari wave (i) dari wave [iii] di label hitam yang akan membawa IHSG ke 6.601.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BBCA, GGRM, HRUM, dan MBMA.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan kemarin IHSG menguat dengan kenaikan 0,63%, dengan investor asing masih mencatatkan net sell sebesar Rp53,54 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways pada hari ini, dengan resistance 6.736–6.760 dan support 6.680–6.650 Dengan saham rekomendasinya ialah BTPS, CFIN, MAPI, AMRT, BUKA, dan DMAS.
(fad/dhf)