Minat Arab Saudi kepada perusahaan tambang ini, merupakan upaya diversifikasi ekonomi negara tersebut, yang selama ini bergantung pada minyak. Arab Saudi juga disebut berencana ‘mengamankan’ mineral strategis di masa depan.
Saat ini juru bicara PIF dan Maaden belum memberikan tanggapan resmi kepada Bloomberg hingga berita ini diturunkan. Perwakikan Mitsu dan QIA pun belum memberikan komentar.
Sementara dari pihak Vale menyebutkan pada tahap ini, perusahaantidak dapat memastikan jumlah investasi yang terlibat di dalamnya.
Vale Buka Peluang
Perusahaan yang berpusat di Brasil ini, diketahui sejak tahun lalu melakukan memperhitungkan beberapa opsi bisnis, seiring melonjaknya permintaan logam, seperti tembaga dan nikel. Keduanya merupakan kunci transisi energi yang lebih bersih.
Vale diketahui memiliki beberapa perusahaan tambang, termasuk di Brasil, Kanada dan. Indonesia. Perusahaan ini juga berencana memisahkan unit bisnis bijih besi dan logam dasar, untuk meningkatkan potensi yang selama ini masih undervalued.
Dengan adanya unit bisnis logam dasar tersediri, maka ada tata kelola secara independen bisa dilakukan. Vale pun bisa memposisikan dirinya sebagai pemasok logam strategis, terutama untuk bahan baku baterai, seiring meningkatnya permintaan di tengah arus transisi energi dan kendaraan listrik.
CEO Vale Eduardo Bartolomeo mengatakan selama ini perusahaan telah mencari mitra strategis untuk membantu meningkatkan operasional bisnis logam dasarnya. Saat ini, daripendapatan dari penjualan perusahaan, bisa mendorong investasi pengembangan bisnis hingga US$20 miliar.
Dia menilai potensi unit logam Vale bisa menjadi lebih besar, seperti unit bijih besinya. Saat ini perusahaan masih mendiskusikan berbagai potensi bisnis dan langkahnya ke depan.
(bbn)