“Salah satu contohnya adalah [toko roti] Breadtalk. Kalau malam kan sudah akan dibuang itu rotinya dan kita ambil mana yang masih bagus dan layak untuk dibagikan ke mereka yang membutuhkan. Susu juga, di ritel [modern] ini satu bulan sebelum kedaluwarsa tidak boleh dipajang. Kita ambil gratis dan bagikan ke anak-anak pinggiran,” tutur Sarwo Edhy.
Selain dengan asosiasi pelaku usaha, Bapanas juga bekerja sama dengan tiga lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang berfokus pada penanganan sampah makanan. LSM tersebut antara lain FoodBank of Indonesia, FoodCycle Indonesia, dan Yayasan Surplus Peduli Pangan.
Adapun, untuk mekanisme penyaluran Bapanas menggunakan kendaraan khusus menjemput sisa makanan yang masih layak makan dari pelaku usaha. Kemudian, kendaraan tersebut membawa sisa makanan ke LSM penggiat penanganan sampah makanan untuk kemudian disalurkan ke kelompok sasaran.
Kelompok sasaran ini adalah masyarakat rawan pangan, anak-anak, lansia, panti asuhan, dan masyarakat umum.
“Kita sudah memfasilitasi tiga mobil untuk angkutan logistik food waste. Mengangkut logistik food waste dari penyedia atau donatur dan menyalurkannya kepada masyarakat. Ini akan kita lakukan juga ke depannya hingga tingkat kabupaten,” ujar Sarwo Edhy.
Terakhir, upaya mengurangi sampah makanan merupakan bagian dari komitmen Indonesia mencapai salah satu Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) pada 2030, yakni produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab.
Target tersebut sudah dituangkan dalam Peraturan Presiden (Perpres) No. 18/2020 tentang Target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020—2024, khususnya memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan berkeadilan.
(rez/wdh)