Dampak dari pola cuaca dapat memperburuk peningkatan kebakaran hutan yang didorong oleh perubahan iklim dalam beberapa tahun terakhir yang telah terjadi di mana-mana, mulai dari Australia hingga Spanyol dan Kanada.
Masih ada pertanyaan tentang seberapa parah El Nino ini, kata lembaga itu dalam laporan tersebut. Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional AS memperkirakan 84% kemungkinan itu akan menjadi peristiwa yang kuat, dengan kemungkinan 25% dari "super El Nino," katanya.
Namun, bukan hanya risiko kabut asap akibat El Nino. Harga komoditas pertanian utama tetap tinggi, yang dapat memacu lebih banyak teknik tebang-dan-bakar untuk membuka lahan, kata lembaga itu.
Sejauh ini, pergeseran harga tersebut tidak mengakibatkan lonjakan deforestasi, meski ada beberapa bukti bahwa penanaman dan penanaman kembali sedang meningkat.
Terakhir kali Asia Tenggara mengalami kabut lintas batas yang parah adalah pada 2015, ketika kondisi kabut asap menciptakan ketegangan antarpemerintah. Singapura memperingatkan penduduknya bulan lalu bahwa mereka harus memastikan mereka memiliki masker wajah dan pembersih udara yang cukup.
Salah satu alasan langit tetap cukup cerah selama tiga tahun terakhir adalah karena tindakan efektif perusahaan perkebunan besar dan pemerintah Indonesia dan Malaysia, serta cuaca basah yang tidak biasa, kata lembaga tersebut.
(bbn)