SYL mengeklaim pertanian selama ini juga menjadi sektor yang paling strategis untuk meningkatkan nilai tambah baik untuk masyarakat desa maupun kota. Pertanian bahkan bisa menjadi daya gedor bagi tumbuh kembangnya ekonomi nasional.
Bagaimanapun, Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa menyebut produksi beras Indonesia memang mengalami penurunan selama tujuh tahun terakhir. Bahkan, produksi jauh dari kata menggembirakan saat fenomena La Nina terjadi tiga tahun belakangan.
La Nina adalah fenomena menurunnya suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah. Fenomena tersebut potensi pertumbuhan awan dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia.
“Produksi beras Indonesia itu sejak 2015 kalau dirata-rata setiap tahunnya turun 0,23%. Ini perlu menjadi perhatian. Apalagi, waktu terjadi La Nina, produksi beras kita tidak meningkat yang mana seharusnya kan meningkat karena curah hujan tinggi,” katanya kepada Bloomberg Technoz.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras Indonesia sepanjang 2022 mencapai 31,54 juta ton. Realisasi produksi sekitar 31 juta ton per tahun tersebut stagnan sejak 2019, setelah pada 2018 Indonesia sempat mencatatkan produksi sebanyak 33,94 juta ton.
(rez/wdh)