Logo Bloomberg Technoz

Bloomberg Technoz, Jakarta - Plt Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Ferry Irawan mengatakan simpanan devisa hasil ekspor (DHE) yang diparkir di bank dalam negeri dapat dioptimalkan untuk pembangunan ekonomi yang lebih akseleratif. 

“DHE ini bisa jadi mitigasi resiko kita akan dinamika yang masih ada di global, seperti isu perlambatan ekonomi dunia yang lebih rendah dari seharusnya. Kita sebenarnya punya cukup modal, ini inline dengan surplus dan cadangan devisa. Kita masih punya peluang,” ujarnya pada Gambir Talk, Rabu (21/6/2023).

Ia juga menjelaskan bahwa revisi Peratutan Pemerintah (PP) terkait DHE bisa memastikan devisa yang dihasilkan ekspor dapat masuk ke dalam pasar keuangan Indonesia untuk dioptimalkan pada pembangunan Indonesia. Salah satunya untuk sumber likuiditas untuk program hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah produksi dan pembangunan ekonomi nasional lainnya.

Posisi cadangan devisa RI pada Mei 2023 mencatat penurunan terbesar sejak Maret 2020 (Bloomberg)

“Bisa untuk menjaga stabilitas sektor eksternal dengan penguatan cadangan dan devisa dan pendalaman pasar keuangan Indonesia,” katanya.

Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan bahwa masuknya DHE akan mendorong peningkatan likuiditas valas di dalam negeri selain dari aliran investasi asing secara langsung (FDI) dan investasi portfolio.

Selain itu, masuknya valas akan mendorong peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) sehingga mendorong kemampuan perbankan dalam menyalurkan kredit valas. Kondisi valas yang mencukupi itu dinilai mampu membuat LDR perbankan tetap rendah.

“Menarikanya kalau kita lihat 2022 lalu, data menyebutkan neraca perdagangan kita surplus US$ 54 miliar tapi kalau bapak ibu lihat data perbankan penambahan TD Valas US$7 miliar. Ada banyak faktor kenapa dana itu tidak masuk ke kita, persaingan memperebutkan DHE sangat besar bukan hanya regional tapi juga di luar negeri,” katanya.

Andry memaparkan hal itu tidak hanya dipengaruhi oleh kepercayaan investor terhadap perekonomian nasional, namun juga karena harga (pricing). Bank-bank di luar negeri mampu menawarkan tingkat bunga yang lebih menarik. Bank-bank tersebut merespon kenaikan Fed Fund Rate tahun lalu yang sangat pesat, yakni hingga 4,5%. Hal ini membuat suku bunga valas di perbankan luar negeri lebih menarik daripada bank di dalam negeri. 

“Ini menyebabkan derasnya aliran dana ke bank-bank Singapura, bahkan salah satu bank terbesar Singapura bisa meminjamkan dana ke MAS (Monetary Authority of Singapore),” katanya.

Secara umum, Andry menilai pada tahun 2023 surplus perdagangan masih cukup besar meski berpotensi menurun dibandingkan tahun 2022. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekspor dan impor yang terus melambat.

“Potensi ekspor masih cukup besar, total ekspor selama Q1 2023 mencapai USD$67,1 miliar dan diperkirakan ekspor SDA pada Q1 mencapai USD$43,8 miliar,” katanya. 

(krz/evs)

No more pages