Di satu sisi, penambahan hari libur diharapkan mampu menggerakkan ekonomi terutama di sektor pariwisata. Mobilitas masyarakat yang meningkat akan menjadi motor penggerak ekonomi, sesuatu yang sulit terjadi kala masa pandemi Covid-19.
Namun di sisi lain, penambahan hari libur justru bisa menahan ekspansi ekonomi. Ini terjadi karena produktivitas akan berkurang seiring bertambahnya hari untuk plesiran.
Libur Panjang, Ekspor Anjlok
Mengutip data BPS, ekspor kerap melambat pada periode Ramadan-Idul Fitri. Bertepatan dengan libur panjang yang ditetapkan pemerintah.
Tahun ini, cuti bersama Idul Fitri dimulai pada 19 April dan berakhir pada 25 April. Akibatnya, ekspor anjlok 17,62% dibandingkan bulan sebelumnya (month-on-month/mtm).
"Penurunan ekspor pada April Ini merupakan pola musiman hari raya Lebaran," kata Imam Machdi, Deputi Kepala BPS Bidang Metodologi dan Informasi Statistik, dalam jumpa pers di kantornya, bulan lalu.
Kemudian pada 2022, cuti bersama Idul Fitri juga jatuh pada April, tepatnya 21-26 April. Kala itu, ekspor hanya tumbuh 3,11% secara bulanan (month-to-month/mtm), jauh melambat ketimbang bulan sebelumnya yang melonjak 29,42%.
Perlu dicatat bahwa mayoritas ekspor Indonesia adalah produk industri manufaktur. Jadi saat ekspor melambat, maka kinerja industri manufaktur akan ikut terhambat.
Kelesuan ini tertangkap di data impor, terutama bahan baku/penolong yang digunakan untuk keperluan produksi industri dalam negeri. Pada April, impor bahan baku/penolong anjlok 23,26% mtm.
Kemudian pada April 2002, yang bertepatan dengan libur panjang lebaran, impor bahan baku/penolong turun 8,68% mtm.
“Pola musiman mempengaruhi penurunan kebutuhan bahan baku dan barang modal untuk kegiatan produksi,” kata Febri Hendri Antoni Arif, Juru Bicara Kementerian Perindustrian, belum lama ini.
Indonesia patut khawatir kala industri manufaktur melambat. Sebab, industri manufaktur adalah penyumbang utama Produk Domestik Bruto (PDB) dari sisi lapangan usaha.
Pada 2022, industri manufaktur menyumbang hampir 20% dalam pembentukan PDB. Sektor ini menempati urutan pertama. Oleh karena itu, kelesuan industri manufaktur akan sama dengan perlambatan ekonomi nasional.
(aji/evs)