Pengaduan class-action (perwakilan kelompok) diajukan oleh Mark Shobinger, mantan direktur kompensasi senior Twitter, atas nama karyawan Twitter yang masih bekerja saat ini dan karyawan lama yang dipekerjakan pada kuartal pertama tahun 2023 yang tidak menerima bonus. Menurut gugatan tersebut, pekerjaan Shobinger mencakup pengawasan gaji eksekutif dan insentif pada bulan November, memperluas tanggung jawabnya untuk memasukkan kompensasi karyawan secara global.
Twitter telah membubarkan departemen hubungan medianya dan tidak menanggapi permintaan komentar.
Sejak akuisisi Musk, perusahaan telah digugat berkali-kali karena diduga gagal membayar tagihan, termasuk sewa. Twitter juga beberapa kali digugat oleh mantan karyawan karena pesangon dan pembayaran gaji yang tertunda.
Dikatakan dalam gugatan tersebut, Twitter secara tradisional telah menetapkan target untuk rencana bonusnya, yang didanai sepanjang tahun. Dan memberikan setidaknya 50% dari target setiap tahunnya.
"Baik sebelum dan sesudah akuisisi Musk selesai pada Oktober 2022, manajemen Twitter terus berjanji kepada karyawan perusahaan, termasuk penggugat, bahwa bonus tahunan mereka untuk tahun 2022 akan dibayarkan sesuai dengan rencana bonus," kata karyawan tersebut dalam gugatan.
Karena Twitter tak menepati janjinya kepada karyawan, termasuk penolakan untuk membayar bonus, Shobinger memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Ia melayangkan gugatan atas pelanggaran kontrak.
Nomor perkara yang diajukan adalah Shobinger v. Twitter, 23-cv-3007, Pengadilan Distrik AS untuk Distrik Utara California (San Francisco).
(bbn)