Misalnya, untuk sewa venue pada hari-H nilainya mencapai Rp450 juta. Lalu, untuk perkiraan nilai ekonomi penjualan tiket diprediksi mencapai Rp75,4 miliar. Disusul prakiraan penjualan merchandise seperti jersey timnas mencapai Rp17,67 miliar.
Yang terbesar juga dari penjualan makanan dan minuman baik oleh penonton di stadion dan yang menggelar nonton bareng (nobar) di rumah atau restoran, diperkirakan nilai ekonominya mencapai Rp248,25 miliar. Sedangkan nilai ekonomi untuk sponsor iklan di sekitar stadion bisa membukukan pendapatan Rp157,43 miliar ditambah hak siar TV untuk pertandingan sekitar Rp28 miliar.
Sehingga total stimulus atau pengeluaran ekonomi untuk matchday hari ini diasumsikan mencapai Rp548,04 miliar. Dari angka stimulus itu, diperkirakan dampak terhadap penciptaan output mencapai Rp965 miliar.
Adapun sektor yang terdampak langsung dari gelar matchday hari ini antara lain, industri pakaian jadi, industri makanan dan minuman, penyediaan transportasi, akomodasi dan jasa penyiaran.
"Jika terselenggara dengan aman dan lancar, FIFA Matchday Indonesia vs Argentina berpotensi menciptakan tambahan perputaran uang atau output ekonomi bagi perekonomian Indonesia sekitar Rp965 miliar," jelas tim LPEM UI Yusuf Reza Kurniawan, M Dian Revindo dan Calista Dewi, dikutip Senin (19/6/2023).
Dari perputaran uang tersebut akan tercipta nilai tambah ekonomi (PDB) sebesar Rp495 miliar. Dari nilai tambah ekonomi tersebut, akan tercipta pula tambahan pendapatan rumah tangga pekerja sebesar Rp188 miliar.
"Ada pula potensi pendapatan pajak tidak langsung bagi pemerintah sebesar Rp28 miliar dan penciptaan kesempatan kerja 5.719 orang meski sebagian besar sifatnya temporer," jelas LPEM UI.
Dengan kata lain, dari sisi ekonomi, potensi dampak positif dari Matchday hari ini berpeluang melampaui biaya yang dikeluarkan untuk mendatangkan Timnas Argentina.
Dalam studi tersebut, setidaknya akan ada 10 sektor terdampak langsung dari penyelenggaraan laga hari ini, di antaranya sektor makanan dan minuman (Rp249,7 miliar), jasa kesenian, hiburan dan rekreasi (Rp236,5 miliar), lalu jasa penyiaran (Rp40,56 miliar), dan seterusnya.
(rui/dhf)