Julia Fanzeres - Bloomberg News
Bloomberg - Harga minyak mengalami penurunan dipengaruhi sentimen risk-off yang lebih luas, dibayang-bayangi oleh pemberitaan tentang langkah-langkah stimulus yang akan dilakukan secara bertahap oleh China untuk memperbaiki perekonomiannya.
Harga minyak Brent menetap di bawah US$76 dengan para trader menghindari aset berisiko. Bank-bank China menurunkan suku bunga pinjaman acuan pada Selasa (20/6/2023), namun langkah-langkah stimulus yang dilakukan China untuk memperbaiki perekonomiannya memicu perdebatan di antara para trader. Mereka bertanya-tanya seberapa jauh pemerintah akan membantu memacu pertumbuhan.
"Minggu yang dipersingkat ini sepertinya bisa menjadi minggu yang buruk bagi minyak," kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda Corporation. Risk aversion (kecenderungan investor untuk menghindari risiko dan meminimalisir kerugian investasi) tampaknya akan kembali ke pasar di tengah tanda-tanda sulitnya pemulihan ekonomi China karena langkah-langkah stimulus yang terbatas, katanya.
Pasar untuk minyak mentah fisik di Asia telah menguat dalam beberapa hari terakhir karena kesibukan pembelian oleh kilang raksasa China. Walaupun produsen minyak dan gas terbesar di negara itu memangkas perkiraan permintaan minyaknya untuk tahun ini.

Harga minyak tak menentu selama beberapa pekan terakhir. Banjir pasokan dari Rusia dan Iran telah membuat ketersediaan minyak mentah meningkat. Pasokan yang cukup, ditambah dengan kenaikan suku bunga bank sentral, umumnya menekan harga tahun ini. OPEC dan sekutunya telah mengurangi produksi untuk mencoba menahan penurunan tersebut.
Harga:
- WTI untuk pengiriman Agustus turun 74 sen menjadi US$71,19 per barel di New York.
- WTI untuk pengiriman Juli berakhir pada Selasa (20/6/2023) menetap di US$70,50 per barel.
- Tidak ada penyelesaian pada Senin (19/6/2023) karena AS libur.
- Brent untuk pengiriman Agustus turun 19 sen menjadi menetap di harga US$75,90 per barel.
(bbn)