Logo Bloomberg Technoz

Di pasar sekunder, laju pembelian surat utang oleh pemodal asing juga terindikasi melambat. Rata-rata pembelian bersih SBN oleh investor asing lima hari terakhir turun ke US$52,5 juta, menurun dibandingkan pergerakan rata-rata 20 hari terakhir yang mencatat nilai beli bersih US$56,5 juta, berdasarkan data Kementerian Keuangan yang dikompilasi oleh Bloomberg.

Aksi jual pemodal asing di pasar surat utang, ditambah lesunya perdagangan saham dengan nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia cuma Rp8,24 triliun. Pemodal asing mencatat posisi jual bersih saham Rp410,99 miliar, melanjutkan serial net sell asing di bursa saham sejak 7 Juni lalu. 

Tidak mengherankan jika nilai tukar rupiah semakin tertekan hingga hari ini ditutup melemah di level psikologis Rp15.000/US$. Pelemahan rupiah juga terjadi di tengah penguatan dolar AS yang mengalahkan semua mata uang Asia menyusul sentimen bunga acuan global dan stimulus China yang di bawah ekspektasi pasar.

Rupiah juga tertekan oleh memuncaknya permintaan dolar sejak bulan lalu. Permintaan valas mencapai puncak menyusul kedatangan musim haji, musim pembayaran dividen korporasi dan pembelian valas oleh PT Pertamina.

Perhitungan Bahana Sekuritas, arus keluar untuk permintaan valas jemaah haji mencapai US$ 1,5 miliar. Sedangkan kebutuhan valas Pertamina diperkirakan mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp30,09 triliun. Selain itu, ada juga permintaan valas dari kebutuhan pembayaran dividen oleh korporasi di bursa domestik. Beberapa emiten tercatat menggelontorkan dividen Juni ini, sedikitnya 20 perusahaan dengan cum date sampai 12 Juni lalu.

Rupiah juga tertekan kekhawatiran pasar terhadap anjloknya nilai surplus neraca dagang yang sangat signifikan yaitu dari sebesar US$6,5 miliar per April menjadi US$400 juta pada Mei lalu. Anjloknya nilai surplus memantik kekhawatiran tak terkendalinya defisit neraca berjalan. 

Terlebih Mei lalu nilai cadangan devisa RI mencatat penurunan tajam, paling besar sejak pandemi meletus pada Maret 2020 dengan penurunan sampai US$4,9 miliar. Bahkan selama Mei lalu, penurunan cadev Indonesia adalah yang terbesar di Asia.

Analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro memperingatkan, dengan kondisi cadev yang semakin terkuras, perlunya keseimbangan yang hati-hati dalam tindakan intervensi selanjutnya oleh BI dalam menghadapi depresiasi saat ini.

"Setelah permintaan dolar AS memuncak Mei-Juni ini, tekanan ke rupiah akan mereda namun ada alasan bersikap defensif dalam waktu dekat karena USD/IDR mungkin pertama kali akan menguji level Rp15.300-Rp15.500/US$, sebagian besar dipengaruhi oleh faktor domestik," jelas Satria.

(rui/frg)

No more pages