Bakal Dijual Umum
Lebih lanjut Tanah mengungkapkan bahwa sepeda motor listrik Electrum nantinya bisa digunakan oleh siapa saja, alih-alih hanya mitra pengemudi Gojek. Dia juga menegaskan bahwa mitra pengemudi Gojek bisa menggunakan sepeda motor listrik apapun, tidak terbatas pada merk tersebut.
"Akan dijual untuk umum, tidak hanya untuk mitra [pengemudi] Gojek saja. Mitra [pengemudi] Gojek bisa menggunakan sepeda motor listrik apa saja, tidak hanya Electrum. Karena kita juga akan bekerja sama dengan mitra lainnya juga selain Electrum untuk [pengadaan] sepeda motor listrik," tuturnya.
Sebelumnya, Wakil Direktur TBS Energi Utama Pandu Sjahrir mengatakan perusahaan akan mengumumkan pembangunan pabrik sepeda motor Electrum segera, seraya menambahkan bahwa sebentar lagi proyek itu akan dimulai pembangunannya. Pembangunan pabrik tersebut merupakan salah satu upaya perusahaan untuk menambah porsi pendapatan dari bisnis selain pertambangan batu bara.
Sebanyak 30% dari anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) perusahaan 2023 sebesar US$60 juta (Rp899 miliar) akan dialokasikan untuk pengembangan ekosistem bisnis sepeda motor listrik.
“Nanti akan kita announce segera. Karena sebentar lagi mau ada groundbreaking [pabrik],” katanya ketika ditemui oleh Bloomberg Technoz, di Hotel Sultan, Jakarta Pusat, Rabu (31/5/2023).
Pandu menjelaskan di bisnis sepeda motor listrik, TBS Energi Utama berkolaborasi dengan PT Gojek Tokopedia Indonesia Tbk atau GoTo. GoTo sebelumnya menargetkan 5.000 sepeda motor listrik Electrum bisa mengaspal untuk layanan ojek daring hingga akhir tahun ini.
Pandu enggan memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai lokasi pabrik dan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sepeda motor Electrum. Namun yang jelas, perusahaan telah mempersiapkan strategi untuk meningkatkan nilai TKDN, termasuk mengemas baterai di Indonesia, dan memanfaatkan rantai pasokan yang ada di Indonesia.
Sampai dengan saat ini, sepeda motor listrik Electrum masih dalam tahapan pengembangan purwarupa untuk kemudian diujicoba sebelum diproduksi massal.
Terkait dengan masih rendahnya adopsi kendaraan listrik, khususnya sepeda motor listrik di Indonesia, Pandu menyebut hal itu bukanlah persoalan. Adopsi kendaraan listrik oleh masyarakat tinggal menunggu waktu seiring dengan masifnya sosialisasi oleh pemerintah.
Selain itu, adanya insentif untuk pembelian kendaraan listrik juga akan sangat membantu percepatan adopsi kendaraan ramah lingkungan itu oleh masyarakat.
“Sebenarnya enggak ada kendala, tinggal sosialisasi. Ini menunggu waktu saja dan sangat mungkin [adopsinya] bisa lebih cepat,” ujar Pandu.
Pandu menambahkan saat ini berdasarkan catatannya tingkat adopsi kendaraan listrik oleh masyarakat Indonesia tak lebih dari 0,2%. Masih sangat jauh dari target pemerintah yang mencapai 80% pada 2030 mendatang.
(rez/wdh)