Logo Bloomberg Technoz

“Investasi masih bagus, tapi kalau kita pecah lagi [detilnya], investasi bangunan [konstruksi] masih rendah. Kami masih pantau apakah akan tetap rendah seperti kuartal 1 atau akan terjadi pembalikan khususnya di investasi bangunan, konstruksi, real estate,” terang Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 25 Mei lalu dalam paparan usai Rapat Dewan Gubernur BI.

Laju pertumbuhan kredit perbankan semakin melambat ke level terendah 12 bulan (Divisi Riset Bloomberg Technoz)

Dari sisi penyaluran pembiayaan atau kredit, sejauh ini perekonomian domestik juga menunjukkan kelesuan. Data BI hingga April lalu, kredit hanya tumbuh 8%, terendah sejak Maret tahun lalu.

Hampir semua jenis kredit mencatat perlambatan pertumbuhan. Kredit Modal Kerja melambat cukup banyak yaitu dari 10,1% pada Maret menjadi 7,1% April lalu. Kemudian, Kredit Investasi juga hanya tumbuh 9,1%, melambat dari 10,3% pada bulan sebelumnya.

Khusus kelompok Kredit Konsumsi, penyaluran Kredit Pemilikan Rumah juga melambat dari 7% menjadi 6,5% April kemarin. Hanya Kredit Kendaraan Bermotor yang tidak melambat dengan kenaikan 16,4% dari 15,6% pada Maret. 

Keyakinan Industri Turun

Indeks Keyakinan Industri dan PMI Manufaktur terus mencatat pelemahan sementara keyakinan konsumen justru membaik (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Lemahnya pertumbuhan kredit tidak bisa dilepaskan dari kelesuan permintaan pasar baik itu pasar domestik maupun ekspor. Dalam survei perbankan terakhir, terungkap bahwa kebanyakan korporasi berniat memakai dana sendiri untuk menutup kebutuhan ekspansi dan pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik ketimbang mengajukan kredit baru ke bank.

Bunga acuan BI7DRR yang masih di level tinggi berimplikasi pada kenaikan bunga kredit bank, sehingga turut mempengaruhi minat korporasi meminjam dana ke bank untuk ekspansi. Survei BI memperkirakan, tren perlambatan permintaan kredit itu akan berlanjut hingga Juli nanti. 

Sejauh ini, tingkat keyakinan di kalangan usahawan memang terus turun. Indeks Keyakinan Industri memperlihatkan pelemahan dalam tiga bulan berturut-turut sejurus dengan tren penurunan PMI Manufaktur. S&P Global melaporkan, aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI) di Indonesia ada di 50,3 pada Mei. Turun dibandingkan bulan sebelumnya yang 52,7 sekaligus menjadi yang terendah sejak November tahun lalu.

Namun, masih ada kabar baik di tengah kesuraman itu bila menilik keyakinan konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) periode Mei 2023 ada di angka 128,3. Naik dibandingkan bulan sebelumnya yang 126,1 sekaligus jadi rekor tertinggi dalam setahun terakhir. 

Hasil survei keyakinan konsumen juga mencatat, porsi penghasilan konsumen yang digunakan untuk berbelanja (average propensity to consume) naik tipis menjadi 75,4% dari 75,2% bulan sebelumnya. Itu bisa menjadi sinyal positif bahwa masyarakat akan semakin giat berbelanja untuk membantu perputaran ekonomi. 

Meski, tetap perlu diwaspadai bila melihat penurunan porsi penghasilan yang ditabung (saving to income ratio) yang merosot cukup dalam. Pada Mei 2023, rasionya adalah 15,7% sedangkan bulan sebelumnya 16,4%.

Kekhawatiran bahwa kenaikan harga pangan belakangan terutama beras, telur, daging ayam dan beberapa bumbu kebutuhan dapur, sudah mulai membuat masyarakat mencairkan tabungan untuk menutupi kebutuhan.

(rui/aji)

No more pages