"Artinya apa? WSKT pernah mencatat laba besar sekali, tapi sebenarnya margin (industri) tipis," kata Tiko.
Pertanyaannya, lanjut Tiko, komponen apa yang membuat laba WSKT di periode 2017 dan 2018 mencatat laba besar, tapi kemudian turun drastis hingga merugi di tahun-tahun berikutnya.
"Waskita ini core bisnisnya tol dan mulai divestasi secara bertahap. Pertanyaannya sekarang, kenapa labanya besar, apakah itu karena divestasi tol atau ada tol yang belum offload tapi diakui pendapatannya di depan?" tutur Tiko.
Tiko menambahkan, pihaknya belum bisa memberikan kesimpulan akhir penyebab 'keanehan' laporan keuangan WSKT. "Tapi kami ingin memastikan semua proyek yang dilaporkan itu benar laba atau rugi?, imbuhnya.
Cashflow Negatif
Ketika WSKT mencatat laba tinggi, lanjut Tiko, WSKT mencatat cashflow negatif. Ini juga menjadi dasar kajian laporan keuangan WSKT.
"Ini yang sedang kami kaji, laba besar tapi cashflow operasi negatif. Ini yang sedang kami kaji apa yang sedang terjadi karena (cashflow negatif) terus terjadi di tahun-tahun berikutnya," terang Tiko.
Dalam kajian, Tiko tidak mengesampingkan adanya perbedaan penafsiran aturan laporan keuangan.
"Kami memahami kadang dalam konteks kebijakan akuntansi ada celah atau intepretasi berbeda. Jadi kami tidak menafikkan ini mungkin karena perbedaan kebijakan, belum tentu ada fraud," tutur Tiko.
(dhf)