Jamaah haji menghabiskan sekian hari di tanah suci dan membutuhkan dana tunai dalam bentuk valas, apakah itu riyal Arab Saudi atau dolar Amerika. Perhitungan Bahana Sekuritas, setidaknya ada aliran uang keluar dari jamaah haji tahun ini sekitar US$ 1,5 miliar atau setara Rp22,5 triliun.
"Ada permintaan valas yang luar biasa tinggi selama Mei-Juni karena musim haji dan konversi valas Pertamina. Perkiraan kami menunjukkan US$ 1,5 miliar aliran uang keluar dari 220.000 jamaah," jelas ekonom dan analis Bahana Sekuritas Satria Sambijantoro, Rami dan Drewya dalam catatan yang dikutip siang ini.
Kejatuhan nilai tukar rupiah hari ini melanjutkan penurunan beruntun yang sudah terjadi sejak awal Juni lalu sebesar 1,2%. Alhasil, rupiah menjadi mata uang berkinerja terburuk di Asia bulan ini. "Rupiah mengalami pelemahan teknis setelah berbulan-bulan mencatat kinerja lebih baik dengan apresiasi 3,5% year-to-date dan mismatch suplai dengan tingkat permintaan valas di pasar," jelas analis.
Dividen korporasi
Kebutuhan valas Pertamina diperkirakan mencapai US$ 2 miliar atau sekitar Rp30,09 triliun. Selain itu, ada juga permintaan valas dari kebutuhan pembayaran dividen oleh korporasi di bursa domestik. Beberapa emiten tercatat menggelontorkan dividen bulan ini.
Setidaknya ada 20 emiten yang membagi dividennya pada Juni (cum date hingga 12 Juni lalu). Di antaranya, PT Wilmar Cahaya Indonesia Tbk (CEKA), PT Multi Prima Sejahtera Tbk (LPIN), PT Mulia Industrindo Tbk (MLIA), PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), dan PT Surya Toto Indonesia Tbk (TOTO). Lalu, PT Sat Nusapersada Tbk (PTSN), PT Siloam International Hospitals Tbk (SILO), PT Wismilak Inti Makmur Tbk (WIIM), PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk (SAMF), dan PT Indo Oil Perkasa Tbk (OILS).
Kemudian, PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), PT Metrodata Electronics Tbk (MTDL), dan PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK). Disusul oleh PT Sariguna Primatirta Tbk (CLEO), PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC), PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), PT Hartadinata Abadi Tbk (HRTA), dan PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC).
Selain itu ada juga akan menyusul pembagian dividen dengan nilai jumbo oleh PT Bukti Asam Tbk (PTBA) senilai Rp12,56 triliun, dengan cum date 23 Juni (pasar reguler dan negosiasi) dan 27 Juni (pasar tunai). Dividen dibayarkan pada 14 Juli. BUMN tambang lain yaitu PT Aneka Tambang Tbk juga akan membagi dividen senilai total Rp1,91 triliun, dengan cum date 23 Juni dan 27 Juni. Lalu pembayaran dividen dilakukan pada 14 Juli nanti.
Cadev anjlok terbesar di Asia
Sepanjang Mei lalu, cadangan devisa sudah tergerus hingga US$5 miliar yang terkuras salah satunya untuk menahan pelemahan rupiah. Itu saja rupiah masih kehilangan nilai hingga 2,15% dibandingkan posisi penutupan 2022.
Penurunan cadev RI itu adalah yang terbesar di Asia pada Mei lalu, menekankan perlunya keseimbangan yang hati-hati dalam tindakan intervensi selanjutnya oleh BI dalam menghadapi depresiasi saat ini.
"Setelah permintaan dolar AS memuncak Mei-Juni ini, tekanan ke rupiah akan mereda namun ada alasan bersikap defensif dalam waktu dekat karena USD/IDR mungkin pertama kali akan menguji level Rp15.300-Rp15.500/US$, sebagian besar dipengaruhi oleh faktor domestik," jelas Satria.
(rui)