Logo Bloomberg Technoz

Kebijakan Hawkish Bank Sentral Perlu Terus Dilanjutkan

News
31 January 2023 12:00

Presiden Jokowi mengunjungi Pasar Airmadidi di Minahasa Utara (DOK Humas Setkab)
Presiden Jokowi mengunjungi Pasar Airmadidi di Minahasa Utara (DOK Humas Setkab)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Bank-bank sentral di seluruh dunia sebaiknya tidak berhenti menaikkan suku bunga sampai tekanan inflasi dinilai benar-benar mereda. Kebijakan hawkish oleh bank sentral menjadi tak terhindarkan di hampir seluruh dunia akibat laju inflasi yang berlari. Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserves menjadi pelopor reli kenaikan bunga sejak tahun lalu menyulut aksi yang sama dari bank sentral di seluruh penjuru dunia yang juga dihadapkan pada kenaikan inflasi.

Bank sentral sebaiknya terus melanjutkan kenaikan bunga karena inflasi belum sepenuhnya jinak (Bloomberg)

Tobias Adrian, Direktur Moneter and Capital Market Department IMF, mengungkapkan hal itu dalam sebuah wawancara seperti dilansir oleh Bloomberg News, Selasa (31/1/2023). Sejatinya, tekanan inflasi di banyak negara terlihat sudah mulai melandai menyusul mulai jinaknya harga komoditas energi global. Hanya saja, menurut Adrian, tekanan mendasar mungkin belum mencapai puncak. Dengan adanya risiko inflasi yang masih membayangi, itu berarti memilih kebijakan menahan kenaikan bunga akan lebih berisiko dibandingkan menaikkan bunga lebih lanjut. “Tugas bank sentral adalah mengembalikan inflasi ke target, tetap di jalur dan melanjutkan pengetatan itu yang ingin kita lihat,” kata Adrian.

Menurut laporan riset terbaru World Economic Outlook yang dirilis oleh IMF hari ini, puncak inflasi global sejatinya sudah tercapai pada kuartal III-2022 seiring penurunan biaya energi atau bahan bakar minyak. Namun, menurut pantauan IMF, inflasi inti di banyak negara belum memuncak, kebanyakan masih berada di atas level sebelum pandemi terjadi. 

Sebanyak 84% dari total negara-negara di dunia diprediksi mendapati inflasi melandai pada 2023. Inflasi global diprediksi menjinak di kisaran 6,6% pada 2023, menurun dari 8,8% pada 2022. Selanjutnya, inflasi akan terus menurun pada 2024 ke kisaran 4,3%. Namun, angka itu masih di atas level inflasi global sebelum pandemi meletus yaitu di kisaran 3,5% yang terjadi pada rentang 2017-2019. 

Melandainya inflasi kebanyakan dilatarbelakangi penurunan harga komoditas energi global dan non-energi menyusul penurunan permintaan. Pada 2023, inflasi inti global diproyeksikan turun ke posisi 4,5% setelah menembus 6,9% pada 2022. Penurunan inflasi (disinflasi) masih akan memakan waktu di mana pada 2024 angkanya masih akan melampaui level pra-pandemi.