Pelaku pasar juga mengkhawatirkan arah bunga acuan Amerika usai pernyataan hawkish Federal Reserve pekan lalu. Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers FOMC pekan lalu memang menegaskan, otoritas moneter membutuhkan kenaikan bunga acuan setidaknya dua kali lagi agar target inflasi negeri itu bisa terus dijinakkan mendekati target.
Pernyataan super hawkish itu menandai kembalinya lagi The Fed ke jalur pengetatan moneter yang sudah dimulai sejak awal 2022 lalu dan sempat goyah menyusul kejatuhan perbankan Maret lalu dan diikuti jeda kenaikan bunga acuan bulan ini.
Berdasarkan survei yang digelar oleh Bloomberg, pasar memperkirakan Federal Funds Rate belum bisa turun sampai 2024. Hasil survei MLIV Pulse yang melibatkan 223 responden, 70% menyebut The Fed belum selesai dengan kenaikan suku bunga acuan. Hanya 30% yang menyatakan suku bunga acuan sudah mencapai puncak.
Saat ditanya kapan The Fed bisa menurunkan suku bunga, 56% responden memperkirakan batu akan terjadi paling cepat kuartal II-2024. Sementara 35% memperkirakan pada kuartal I-2023 dan sekitar 10% menyebut kuartal IV-2023.
Di sisi lain, konsumen di Amerika Serikat cenderung optimistis negeri itu bisa terhindar dari resesi (soft landing) pada semester kedua tahun ini, berdasarkan hasil survei konsumen Universitas Michigan. Terindikasi dari indeks sentimen konsumen yang naik dari 59,2 pada Mei menjadi 63,9 di Juni ini.
Konsumen AS juga optimistis perbaikan kondisi pada enam blan ke depan, tecermin dari kenaikan indeks dari 55,4 pada Mei menjadi 61,3, bulan ini. Sementara itu, ekspektasi inflasi konsumen untuk setahun ke depan juga turun melebihi konsensus menjadi 3,3%.
(rui)