Menanggapi pertanyaan tentang apakah ia telah berbicara dengan Blinken, Biden mengatakan kepada wartawan bahwa ia berkomunikasi melalui Penasihat Keamanan Nasional Jake Sulllivan. Blinken diketahui saat ini sedang dalam perjalanan ke London untuk menghadiri konferensi terkait pemulihan Ukraina akhir pekan ini.
Blinken merupakan pejabat AS paling senior yang berkunjung ke Beijing selama lima tahun terakhir, setelah ketegangan antara dua negara berkobar dalam beberapa bulan terakhir. Pembicaraan tersebut meningkatkan prospek bahwa kedua pihak dapat menormalkan hubungan, dan bisa membuka pintu bagi Xi Jinping untuk berbicara dengan Biden. Kedua pemimpin masih belum berbicara sejak bertemu terakhir kali di Bali tahun lalu.
Di sisi lain, Blinken mengatakan kepada wartawan Senin (19/06) bahwa fokus pembahasan dengan Xi Jinping juga berada di seputar perang Rusia di Ukraina, Korea Utara, dan Taiwan.
AS dan China masih tidak sependapat terkait sejumlah isu, juga tidak ada kemajuan dalam memulihkan kontak langsung antara militer dua negara. Hal tersebut merupakan harapan AS di tengah meningkatnya ketegangan antara pasukan di sekitar kawasan Taiwan dan di tempat lain.
Namun Blinken dan Xi Jinping sepakat tentang perlunya "menstabilkan" hubungan antara kedua negara, kata Blinken.
Diberitakan oleh TV nasional China, mengutip Yang Tao salah satu pejabat Kementerian Luar Negeri, China mengatakan kepada Blinken bahwa AS harus berhenti menyebut China sebagai ancaman. Mereka juga meminta AS mengakhiri sanksi atas China yang "ilegal", berhenti menekan perkembangan teknologi China, dan berhenti mencampuri urusan dalam negeri mereka.
Seiring dengan perselisihan perdagangan dan kekayaan intelektual, AS dan China tetap berselisih soal masalah hak asasi manusia dan batasan AS pada teknologi canggih.
(bbn)