"Sampai di Solo, Pak Jokowi dan saya turun dari kereta. Pak Jokowi kembali ke kediamannya, saya terus ke Pacitan dengan bus. Sedangkan Ibu Megawati melanjutkan perjalanan ke Blitar utk berziarah ke makam Bung Karno. *SBY*." demikian kutipan sebagian cuitan lewat Twitter tersebut.
Apalagi dalam salah satu cuitan soal mimpi, SBY juga menyebut ada sosok presiden ke-8 artinya presiden terpilih usai Jokowi. Empat presiden bertemu, SBY, Megawati, Jokowi dan sosok presiden ke-8 tersebut.
Usai PDIP mendeklarasikan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden (capres), kini maju ke babak pertimbangan cawapres. Kali ini, otoritas Megawati, ibu kandung Puan tersebut juga menjadi veto sama seperti penentuan Ganjar capres. PDIP menyatakan sejumlah nama sedang dipertimbangkan termasuk nama-nama yang beredar di sejumlah survei.
Tak ayal, Demokrat tampaknya menangkap sinyal tarik ulur ini. Pertemuan antara Puan dan AHY kemudian terjadi. Belum lama ini Demokrat jelas gusar di Koalisi Perubahan yang terdiri dari Partai NasDem, Partai Demokrat dan PKS itu.
Demokrat melalui para elitenya mendesak agar Anies Baswedan, capres dari koalisinya segera menentukan figur cawapres. Desakan yang tak dijawab kepastian bahkan membuat Ketua Bappilu Partai Demokrat Andi Arief berujar bahwa Demokrat bisa saja mengevaluasi bergabungnya partai itu di koalisi pengusung Anies. Demokrat menginginkan kepastian bagi AHY, putra sulung SBY.
Misalnya proposal SBY diterima oleh Mega, bisa jadi Ganjar-AHY. Tapi kalau enggak ya itu bisa jadi penekan buat koalisi yang mengusung Anies
pengamat politik UI Cecep Hidayat
Cecep menilai, meskipun selama ini sudah ada tiga capres yang digadang-gadang, nyatanya peta koalisi belum kokoh. Bahkan kian mencair lagi karena dipanaskan bursa cawapres. Dari cuitan itu kata dia tampak bahwa SBY memang sudah mulai membuka diri sekalipun dirinya sempat tak akrab dengan Megawati Soekarnoputri dan dahulu dinilai amat muskil berkoalisi. Namun pada kenyataannya, pada dasarnya dua partai ini sama-sama partai nasionalis yang sebenarnya secara ideologis tak sulit untuk "dikawinkan".
"Sebenarnya ini adalah tawaran dari SBY untuk masuk ke dalam gerbong PDIP. Sehingga kemudian, apakah PDIP berani, misalnya enggak main-main karena mereka (PDIP) juga sebelumnya bilang bahwa AHY adalah salah satu bakal cawapresnya," kata dia lagi.
Namun demikian cuitan SBY itu adalah sinyal kuat kepada Anies dan koalisinya bahwa Demokrat belum ajek di koalisi tersebut. Apalagi jika kepentingannya tak diakomodir. Cuitan SBY akan menguatkan posisi tawar dibanding sekadar gertakan ke Koalisi Perubahan. Apalagi AHY dinilai akan membantu mengatrol suara di Jawa Timur yang belum tentu bisa dimenangkan oleh Anies. Demokrat selama ini memang cukup dianggap di wilayah itu.
"Dahulu Sekjen PDIP juga pernah mengatakan enggak akan bekerja sama dengan Demokrat tapi ketika ada pertemuan kemarin itu membuka diri ya meskipun kita enggak tahu apakah tafsirnya begitu. Mereka kan juga sama-sama partai nasionalis," ujar dia.
Sementara pengamat politik Adib Miftahul yang merupakan dosen FISIP UNIS menilai gambaran konstelasi politik ini menambah bukti bahwa tak ada teman maupun musuh abadi dalam politik. Namun kata dia, pesan SBY ini justru sebenarnya lebih kuat untuk Koalisi Perubahan agar permintaan Demokrat diwujudkan.
"Ini pesan jelas kepada Koalisi Perubahan bahwa Demokrat bisa belok ketika memang aspirasi politiknya tidak diakomodir oleh Anies. Dan ini semakin menandakan bahwa antara koalisi 1,2,3 dan yang lain itu saling menunggu, saling melakukan manuver-manuver dalam Pilpres 2024," kata Adib yang juga Direktur Kajian Politik Nasional (KPN) itu.
AHY menjadi cawapres menurutnya adalah harga mati bagi Demokrat terlebih partai itu paham betul keberadaannya krusial agar koalisi tetap bisa mengusung capres Anies. Rangkaian pertemuan dengan PDIP dan bersambung dengan cuitan SBY menandakan gertakan Demokrat kepada Koalisi Perubahan semakin jelas. Soal SBY yang begitu percaya diri atas AHY menurutnya sudah diperhitungkan oleh sang presiden ke-6.
"Mungkin pak SBY sudah menghitung ulang bagaimana peluang yang bakal didapat ketika nantinya Anies, Prabowo atau Ganjar. Saya kira realitas itulah yang berusaha dilihat oleh pak SBY," tutupnya.
(ezr)