Restrukturisasi Utang
Divestasi dirasa perlu meski manajemen menegaskan rencana ini bukan bagian dari restrukturisasi utang. Pasalnya, neraca keuangan WIKA sendiri tengah kurang sehat.
Mahendra pada kesempatan sebelumnya mengungkapkan, sejumlah proyek memicu neraca keuangannya menjadi terganggu. Kondisi ini yang membuat WIKA mengajukan program restrukturisasi utang.
Manajemen belum mengungkapkan secara gamblang proyek mana saja yang dimaksud. Namun, WIKA memiliki banyak proyek, yang bukan hanya sebagai kontraktor, tapi juga sebagai investor di dalamnya.
"WIKA memiliki beberapa proyek penyertaan modal, WIKA ikut di dalamnya," ujar Mahendra.
Sebagian proyek sudah selesai dan tinggal menunggu divestasi, sesuai dengan model bisnis WIKA. "Sebagian ada juga yang masih tahap konstruksi dan belum rampung, sehingga masih dalam tahap penyelesaian," imbuh Mahendra.
Menilik laporan keuangan kuartal III-2023, WIKA mencatat aset investasi total senilai Rp14,31 triliun. Nilai ini berasal dari investasi entitas terafiliasi sebesar Rp2,13 triliun dan investasi pada ventura bersama Rp11,99 triliun.
Beberapa contoh proyek investasi pada entitas terafiliasi, salah satunya seperti PT Jakarta River City. WIKA memiliki 48,99% atas saham perusahaan yang juga dimiliki oleh PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN) ini.
Kemudian, ada juga PT PP Semarang Demak, di mana WIKA memiliki 25% saham. PT Semarang Demak bergerak di bidang pembangunan dan pengusahaan jalan tol.
Sedangkan contoh investasi pada ventura bersama adalah proyek perluasan Gedung Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta. WIKA memiliki 50% saham proyek ini, dan sisanya menjadi milik PT PP Tbk (PTPP), PT Waskita Karya Tbk (WSKT) dan Hyundai.
Kedua investasi, baik pada entitas asosiasi maupun ventura bersama, merupakan aset tidak lancar mengingat prosesnya yang panjang jika dilakukan divestasi. Nilai aset proyek investasi yang mencapai lebih dari Rp14 triliun ini jauh di bawah utang bank maupun obligasi.
Hingga akhir Maret tahun ini, total pinjaman jangka menengah hingga panjang WIKA mencapai Rp6,44 triliun. Sedang utang obligasi dan sukuk mudharabah mencapai Rp17,29 triliun.
(yun/dhf)