Kesepakatan awal diumumkan oleh Kementerian Keuangan Israel dan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (18/06). Intel mengkonfirmasi "niat perusahaan untuk memperluas kapasitas manufaktur di Israel," yang sudah aktif. Namun, mereka tidak memberikan rincian terkait persyaratan atau hal lain.
Menurut sumber yang mengetahui rencana tersebut, pabrik itu nantinya akan digunakan untuk pembuatan wafer, di mana Israel sudah menjadi salah satu dari empat pemasok utama Intel.
Ekspansi tersebut akan melanjutkan upaya CEO Intel Pat Gelsinger untuk menempatkan lebih banyak pabrik manufaktur di luar Asia, yang mendominasi produksi cip. Ia juga berjuang memulihkan citra Intel sebagai pelopor teknologi cip setelah perusahaan seperti Nvidia Corp. dan Taiwan Semiconductor Manufacturing Co. mengalahkan kemampuannya.
Netanyahu menyebut nilai kesepakatan sebesar US$25 miliar ini adalah investasi asing terbesar di Israel dan menunjukkan "rasa percaya" pada perekonomian negara tersebut. Namun, sumber yang mengetahui masalah ini mengatakan bahwa total investasi termasuk dengan investasi sebelumnya pada 2021 adalah sebesar US$10 miliar.
Pekan lau, Intel Corp juga menyampaikan rencana menginvestasikan US$4,6 miliar (sekitar Rp68,72 triliun) untuk membangun fasilitas perakitan dan pengujian semikonduktor di Polandia barat.
Ini merupakan proyek terbaru Intel di Uni Eropa saatblok mata uang tunggal tersebut berupaya untuk meningkatkan produksi cip di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik.
“Dengan investasi ini hari ini, dan lainnya di UE, kami bersemangat untuk memainkan titik kritis yang memungkinkan untuk membangun rantai pasok yang lebih tangguh ini,” kata Chief Executive Officer Pat Gelsinger pada konferensi pers yang mengumumkan rencana tersebut di Wroclaw, Polandia pada Jumat.
(bbn)