“Pertimbangan BI masih perlu menahan suku bunga adalah Bank Sentral beberapa negara, khususnya The Fed masih belum benar-benar memberikan sinyal dovish,” papar Ratih.
Meskipun jika melihat tren inflasi tahunan secara domestik telah turun ke level 4% secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Mei 2023, lebih rendah dari periode sebelumnya sebesar 4,33% yoy, sekaligus telah ada di dalam target BI sebesar 2-4%.
Selain sentimen suku bunga BI, lanjut Ratih, katalis yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar saham pada minggu ini adalah testimoni Chairman The Fed, Jerome Powell di hadapan kongres untuk memberikan arah kebijakan moneter serta prospek ekonomi AS kedepan.
Bersamaan sejumlah sentimen tersebut, sektor saham yang menarik dicermati adalah sektor konsumen primer dan konsumen non primer di tengah landainya harga komoditas dan inflasi yang terjaga.
Sementara itu, sektor barang baku juga menarik dalam tren jangka pendek. Hal ini dikarenakan Bank Sentral China (PBoC) memangkas suku bunga acuan 7-Day Reverse Repurchase Rate sebesar 10 bps ke level 1,9%.
Pemangkasan suku bunga tersebut diharapkan dapat menjadi asa untuk membangkitkan kembali pertumbuhan ekonomi China, sehingga berpotensi meningkatkan ekspor non migas nasional.
IHSG pada pekan depan masih terlihat wait and see, sehingga pada perdagangan saham sepanjang 19–23 Juni 2023 diproyeksikan masih akan bergerak sideways dalam range 6.660–6.700.
(fad/dhf)