Tekanan pada pasar obligasi itu akhirnya juga menyeret pelemahan nilai tukar rupiah menghadapi dolar AS. Pada siang ini jelang penutupan perdagangan sesi 1, USDIDR di pasar spot diperdagangkan di kisaran Rp14.992/US$ mengindikasikan pelemahan nilai tukar rupiah 57 bps, setelah pada perdagangan Jumat pekan lalu ditutup menguat tipis 10 poin.
Penurunan tajam nilai surplus neraca dagang Mei dari US$3,9 miliar menjadi tinggal US$440 juta, memicu kekhawatiran pelaku pasar terhadap kemungkinan defisit transaksi berjalan yang tidak terkendali. Ini yang membuat pelaku pasar obligasi memilih waspada sembari menunggu sinyal lebih positif dari Amerika terkait peluang kenaikan bunga Fed Funds Rate.
Chairman The Fed Jerome Powell dalam konferensi pers FOMC pekan lalu memang menegaskan, otoritas moneter membutuhkan kenaikan bunga acuan setidaknya dua kali lagi agar target inflasi negeri itu bisa terus dijinakkan mendekati target. Pernyataan super hawkish itu menandai kembalinya lagi The Fed ke jalur pengetatan moneter yang sudah dimulai sejak awal 2022 lalu dan sempat goyah menyusul kejatuhan perbankan Maret lalu dan diikuti jeda kenaikan bunga acuan bulan ini.
Lelang Sukuk Masih Akan Ramai
Pemerintah menggelar lelang reguler untuk seri SBSN atau sukuk yang digelar esok hari. Lelang yang ditetapkan dengan target indikatif Rp7 triliun itu, mungkin masih akan ramai diserbu pelaku pasar.
Berkaca dari gelar lelang SBN terakhir, pelaku pasar mencatat animo tinggi di pasar perdana. Misalnya, dalam lelang SUN pekan lalu, nilai penawaran masuk mencapai rekor tertinggi tahun ini sebesar Rp76,24 triliun dengan nilai penawaran investor asing juga melesat di angka Rp19,16 triliun. Begitu juga dalam lelang SBSN terakhir yang mencatat animo Rp60,04 triliun.
Esok hari, ada enam seri SBSN yang akan dilelang di mana satu seri SPN adalah penerbitan baru sedangkan sisanya merupakan reopening. Dalam lelang sukuk negara sebelumnya, seri PBS037 mencatatkan jumlah penawaran masuk tertinggi sebesar Rp 17,19 triliun.
Seri ini memiliki tingkat imbalan 6,87% dan maturity date pada 2036. Selain seri tersebut, seri seri PBS036 yang memiliki maturity date 2025 dengan tingkat imbalan 5,37% juga favorit peserta lelang bulan lalu dengan nilai incoming bids mencapai Rp13,89 triliun.
Obligasi Korporasi
Selain jadwal lelang sukuk negara, pekan-pekan ke depan pasar obligasi korporasi juga akan ramai oleh emisi surat utang dari perusahaan-perusahaan besar.
Yang terbaru adalah rencana perusahaan kayu dan kertas, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang berencana menawarkan tiga seri obligasi konvensional dan tiga seri obligasi syariah pada 3-4 Juli nanti, senilai total Rp4 triliun.
Masa penawaran atau bookbuilding dibuka mulai hari ini 19 Juni hingga 26 Juni dengan delapan sekuritas bertindak sebagai underwriter di antaranya BNI Sekuritas, BCA Sekuritas, dan lain-lain. Uang hasil penerbitan obligasi akan digunakan 60% untuk refinancing dan 40% sebagai modal kerja.
Sebelumnya, Adira Finance juga berniat merilis obligasi konvensional Rp1,7 triliun dan Rp300 miliar sukuk pada awal Juli. PT Tower Bersama Infrastruktur Tbk (TBIG) juga akan merilis obligasi Rp2 triliun bulan depan.
Pasar obligasi korporasi dibayangi sentimen negatif menyusul kinerja BUMN karya yang terjerat skandal utang dan menurunkan pamor sektoral. Kabar terakhir, BUMN konstruksi bermasalah PT Waskita Karya Tbk (WSKT) memperpanjang periode standstill sampai Agutus 2023, meski tidak ada tanggal yang spesifik dan jaminan bahwa tidak akan diperpanjang lagi.
Itu berarti, Waskita belum akan membayar utangnya sampai September nanti.
SVP Corporate Secretary Waskita Karya Ermy Puspa Yunita mengatakan penundaan tersebut dikarenakan saat ini perseroan sedang dalam proses peninjauan ulang kesepakatan restrukturisasi atau master restructuring agreement (MRA).
“Saat ini perseroan sedang dalam masa standstill yang menerapkan equal treatment kepada seluruh kreditur dan pemegang obligasi nonpenjaminan,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (17/6/2023).
(rui)