Logo Bloomberg Technoz

Akan tetapi, rupiah tidak sendiri. Pagi ini, hampir seluruh mata uang Asia melemah di hadapan dolar AS.

Pada pukul 10:01 WIB, yuan China melemah 0,3%. Kemudian dolar Hong Kong, rupee India, yen Jepang, won Korea Selatan, ringgit Malaysia. peso Filipina, dolar Singapura, hingga baht Thailand terdepresiasi 0,3%, 0,02%, 0,08%, 0,01%, 0,55%, 0,09%, 0,43%, 0,13%, dan 0,14%.

Sentimen positif bagi dolar AS datang dari rapat bank sentral The Federal Reserve (The Fed). Pekan lalu, Ketua Jerome Powell dan sejawat sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5-5,25%. Ini adalah kali pertama dalam 15 bulan suku bunga acuan tidak dinaikkan.

Meski demikian, pasar masih merasakan aura hawkish dari The Fed. Dalam jumpa pers usai rapat, Powell mengungkapkan hampir seluruh pejabat The Fed masih memperkirakan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.

“Tekanan inflasi masih berlanjut dan masih tinggi. Proses mengembalikan inflasi ke target 2% masih panjang,” tegas Powell, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.

Oleh karena itu, pelaku pasar memperkirakan Federal Funds Rate belum bisa turun sampai 2024. Berdasarkan survei MLIV Pulse yang melibatkan 223 responden, 70% menyebut The Fed belum selesai dengan kenaikan suku bunga acuan. Hanya 30% yang menyatakan suku bunga acuan sudah mencapai puncak.

Saat ditanya kapan The Fed bisa menurunkan suku bunga, 56% responden memperkirakan batu akan terjadi paling cepat kuartal II-2024. Sementara 35% memperkirakan pada kuartal I-2023 dan sekitar 10% menyebut kuartal IV-2023.

Kenaikan suku bunga akan menjadi sentimen positif bagi aset-aset berbasis dolar AS. Imbalan investasi akan naik, sehingga aset-aset berbasis mata uang Negeri Paman Sam menjadi menarik. Ini menjadi modal bagi apresiasi dolar AS.

(aji)

No more pages