"Pihak yang memiliki akses ke bagian roket itu, dan mengerti tentang roket, akan bisa mengambil data teknis, kinerja dan kemampuan manufaktur Korea Utara dari piranti keras itu," ujar Markus Schiller, ahli penerbangan luar angkasa yang merupakan pendiri ST Analytics asal Jerman.
Operasi pencarian serpihan roket itu kemungkinan akan menjadi kegiatan terpenting negara lain terkait program roket Korea Utara.
Tahap pertama roket Korea Utara yang disebut "chillima-1" ini diduga mempergunakan mesin berbahan bakar cair. Rejim Korea Utara juga telah memanfaatkan mesin itu untuk rudal balistik antar-benua yang dirancang mengirim kepala nuklir ke wilayan Amerika Serikat;
Tahap kedua dan ketiga ini memiliki diameter lebih kecil dan belum diketahui bagaimana mereka diterbangkan untuk menempatkan satelit mata-mata pertama Korea Utara di orbit bumi.
Dalam pertemuan Komite Pusat Partai Pekerja negara itu, Korea Utara menyebut peluncuran satelit itu sebagai salah satu kegagalan "paling serius' tahun ini dan bertekad untuk segera meluncurkan satu lagi roket sesegera mungkin.
Perbandingan antara pengamatan pada serpihan yang ditemukan Korea Selatan dan foto roket dari Korea Utara memperkuat indikasi bahwa serpihan itu memang berasal dari mesin tahap kedua, ujar Joseph Dempsey, peneliti dari Institut Studi Strategis.
"Elemen paling penting yang bisa dimanfaatkan dari bagian ini adalah mesinnya," kata Dempsey. "Jika berhasil ditemukan, akan bisa diketahui asal rancangannya dan berpotensi menggarisbawahi pelanggaran sanksi."
Korea Utara dibawah pimpinan Kim Jong Un terus meningkatkan teknologi dan komponen dalam negeri yang berhasil memproduksi serangkaian rudal versi terbarunya.
Negara ini masih membutuhkan sejmlah materi dan komponen dari negara lain dan saat ini Korea Utara dilarang membelinya karena masih terkena sanksi global sebagai hukuman atas program senjata nuklir dan rudal balistik untuk membawa hulu ledak.
Amerika Serikat menuduh negara-negara seperti China dan Rusia menyediakan materi yang dibutuhkan untuk membuat rudal Korea Utara. AS telah mengenakan sanksi pada dua warga Korea Utara yang tinggal di Beijing dengan tuduhan jual beli materi itu. Pengumuman sanksi ini dikeluarkan hanya beberapa jam setelah Korea Utara menembakan dua, rudal jarak dekat pada 15 Juni, yang merupakan pelanggaran sanksi Dewan Keamanan PBB.
Sejauh ini Pyongyang telah menembakan 19 rudal balistik, termasuk tiga ICBM (rudal balistik antara-benua), dan menguji serangkaian sistem persenjataan yang bertujuan menyerang Korea Selatan dan Jepang.
Penemuan satelit mata-mata Korea Utara itu juga akan menyediakan banyak informasi mulai dari komponen yang digunakan hingga tingkat resolusi kamera yang digunakan satelit tersebut.
(bbn)