Dolar Australia terhadap Amerika Serikat (AS) pun turun setelah laporan tersebut lantaran investor menimbang dampak data pada prospek kenaikan suku bunga lebih lanjut. Imbal hasil obligasi pemerintah tiga tahun juga menurun.
Meski turun di bulan Desember, penjualan ritel sepanjang tahun 2022 melonjak 7,5%.
Hal ini disebabkan belanja yang kuat. Hal ini jadi faktor kunci bagi bank sentral bahwa ekonomi mereka dapat bertahan dengan inflasi yang tinggi, dengan kemungkinan kenaikan suku bunga seperempat poin pekan depan menjadi 3,35%.
Bloomberg Economics memperkirakan pelemahan belanja ritel berlanjut hingga 2023 karena dampak dari kenaikan suku bunga yang melampaui biaya rumah tangga. Pengeluaran rumah tangga Australia sendiri menyumbang sekitar 60% dari produk domestik bruto.
Adapun laporan ABS ini menunjukkan penurunan omset pada industri yang disebabkan oleh penjualan pada periode Black Friday di bulan November.
Department store mengalami penurunan terbesar, yakni 14,3%, diikuti oleh ritel pakaian, alas kaki, dan aksesoris pribadi yang turun 13,1%. Adapun untuk barang-barang rumah tangga turun 7,8%
Makanan adalah satu-satunya industri yang mencatat kenaikan, yakni 0,3%.
(bbn)