Bloomberg Technoz, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan kuota ekspor konsentrat bijih tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI) akan disesuaikan kembali seiring dengan relaksasi ekspor yang diberikan oleh pemerintah hingga Juni 2024.
Menteri ESDM Arifin Tasrif menyebut kuota ekspor konsentrat PTFI sebanyak 2,3 juta ton untuk tahun ini bisa saja ditambah. Kuota ekspor tersebut ditentukan berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan yang mengasumsikan ekspor terakhir pada 10 Juni 2023.
“[Kuota ekspor] sesuai dengan produksinya, sampai batas waktu terakhir pembangunan smelter selesai," katanya ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jumat (16/6/2023).
Seperti diketahui, PTFI mendapatkan pengecualian larangan ekspor mineral mentah, termasuk konsentrat tembaga yang diberlakukan pemerintah mulai 10 Juni 2023.
Bersama dengan empat perusahaan lainnya, PTFI diperbolehkan untuk mengekspor konsentrat tembaga hjngga 10 Juni 2024 dengan sejumlah syarat, termasuk pembayaran jaminan kesungguhan pembangunan fasilitas pemurnian (smelter) dan denda administratif.
Adapun, untuk produksi PTFI menargetkan pertumbuhan hingga 10% pada tahun ini. Sebanyak 220.000 ton bijih akan diproduksi hingga akhir tahun ini atau naik 20.000 ton dari produksi tahun lalu 200.000 ton.
Arifin mengungkapkan saat ini PTFI sudah memenuhi seluruh persyaratan yang diminta oleh Kementerian ESDM untuk bisa melanjutkan ekspor konsentrat tembaga hingga 10 Juni 2024. Namun, sampai dengan saat ini setelah larangan ekspor diberlakukan perusahaan belum melakukan ekspor karena menunggu persetujuan atau izin dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).
“Dari kita aturan sudah kita issued. Tentu saja hal ini masih terkait dengan kalau ekspor ranahnya Kemendag, Nah kalau dari Kementerian Perdagangan sudah diselesaikan kemudian nanti masuknya ke Bea Cukai,” ungkapnya.
Terkait dengan relaksasi yang diberikan kepada PTFI, Arifin menyebut anak usaha Freeport MacMoran itu sudah memenuhi target progres smelter yang ditetapkan. Selain itu, PTFI menurutnya juga sudah mengucurkan investasi yang cukup besar.
"Karena dua-duanya sudah memenuhi kriteria [progres pembangunan smelter] atas 51% dan spending dana proyeknya cukup besar. PTFI sudah mengeluarkan US$2,2 miliar dan Amman US$600 juta. Jadi ya pemerintah harapkan akhir tahun 2023 progresnya harus bisa mencapai 90%," pungkasnya.
(rez/dba)