Adapun, untuk produksi PTFI menargetkan pertumbuhan hingga 10% pada tahun ini. Sebanyak 220.000 ton bijih akan diproduksi hingga akhir tahun ini atau naik 20.000 ton dari produksi tahun lalu 200.000 ton.
Arifin mengungkapkan saat ini PTFI sudah memenuhi seluruh persyaratan yang diminta oleh Kementerian ESDM untuk bisa melanjutkan ekspor konsentrat tembaga hingga 10 Juni 2024. Namun, sampai dengan saat ini setelah larangan ekspor diberlakukan perusahaan belum melakukan ekspor karena menunggu persetujuan atau izin dari Kementerian Perdagangan (Kemendag).
“Dari kita aturan sudah kita issued. Tentu saja hal ini masih terkait dengan kalau ekspor ranahnya Kemendag, Nah kalau dari Kementerian Perdagangan sudah diselesaikan kemudian nanti masuknya ke Bea Cukai,” ungkapnya.
Terkait dengan relaksasi yang diberikan kepada PTFI, Arifin menyebut anak usaha Freeport MacMoran itu sudah memenuhi target progres smelter yang ditetapkan. Selain itu, PTFI menurutnya juga sudah mengucurkan investasi yang cukup besar.
"Karena dua-duanya sudah memenuhi kriteria [progres pembangunan smelter] atas 51% dan spending dana proyeknya cukup besar. PTFI sudah mengeluarkan US$2,2 miliar dan Amman US$600 juta. Jadi ya pemerintah harapkan akhir tahun 2023 progresnya harus bisa mencapai 90%," pungkasnya.
(rez/dba)