Sebelumnya, Arifin mengungkapkan nilai alih kelola yang disepakati oleh Shell -sebagai pemegang 35% PI- di bawah US$1 miliar atau sekitar Rp14,84 triliun. “Jauh di bawah US$1 miliar,” katanya ketika ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (9/6/2023).
Sekadar catatan, nilai investasi yang dikeluarkan oleh Shell mencapai US$1,4 miliar seperti yang pernah disampaikan oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati juga belum mau banyak bicara terkait dengan alih kelola Lapangan Abadi Blok Masela dari Shell. Dia enggan mengungkapkan berapa nilai alih kelola yang disepakati dengan Shell lantaran kedua belah pihak telah menyepakati perjanjian kerahasiaan atau non-disclosure agreement (NDA).
“Kalau soal [Lapangan Abadi Blok] Masela ini kita sudah tanda tangan NDA. Ini jadinya kejutan ya,” katanya dalam acara Media Briefing Capaian Kinerja 2022 Pertamina di Grha Pertamina, Jakarta Pusat, Selasa (6/6/2023).
Selain nilai alih kelola, Nicke juga enggan memberikan infomasi mengenai pihak yang terlibat dalam konsorsium pengelolaan ladang gas yang ada di Kepulauan Tanimbar, Maluku itu. Dengan demikian belum ada kepastian apakah Petroliam Nasional Berhad atau Petronas tetap bergabung dengan konsorsium tersebut atau malah pamit undur diri.
Shell memutuskan untuk hengkang dari proyek Lapangan Abadi Blok Masela pada 2020 meninggalkan Inpex Corporation yang mengantongi 65% PI. Pertamina yang tergabung dalam konsorsium dengan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) lain yang kemudian akan menggantikan raksasa minyak dan gas (migas) asal Belanda itu.
(rez/wdh)