Di masa mendatang, penggunaan baterai lithium jenis ini akan terus meningkat, terutama dalam industri kendaraan listrik.
“Inilah karya anak bangsa di Timur Indonesia yang menjadi langkah penting Indonesia untuk menjadi pemain kunci dalam industri baterai kendaraan listrik di masa mendatang sekaligus kontributor baru dalam ekspor produk hilirisasi nikel yang bisa mendorong perekonomian daerah dan nasional,” paparnya.
Momen bersejarah ekspor perdana tersebut turut dihadiri dan diresmikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Investasi dan Pertambangan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto.
Dalam sambutannya, Hario Seto menyampaikan bahwa keberhasilan ini sangat mengesankan dan luar biasa. Sekaligus mencerminkan bagaimana kolaborasi investor lokal dan investor asing bisa bekerja sama dengan baik.
“Operasional penambangan dan hilirisasi yang dilakukan oleh NCKL merupakan yang terbaik. Ini diungkapkan oleh konsultan internasional yang bisa melakukan sertifikasi terhadap proses produksi penambangan dan lainnya,” kata Harui Seto.
Diketahui kunjungan kerja Hario Seto ke Site Pulau Obi yang dioperasikan NCKL pada Mei kemarin juga didampingi oleh konsultan Benchmark Mineral Intelligence (BMI).
Sebagai informasi, Halmahera Persada Lygend (HPL) baru saja meresmikan operasional pabrik nikel sulfat yang pertama di Indonesia, sekaligus menjadi yang terbesar di dunia dari sisi kapasitas produksinya pada 31 Mei kemarin.
Harga Saham NCKL
Bersamaan dengan sentimen ini, investor saham NCKL merespon positif dengan mencatatkan kenaikan 50 point atau setara dengan menguat 5,13% dari perdagangan sebelumnya menuju harga Rp1.025/saham. Dengan nilai transaksi mencapai Rp47 miliar, atas 46,9 juta saham.
(fad/dba)