Masalah tersebut bisa menambah daftar kekhawatiran AS saat Menteri Luar Negeri Antony Blinken mempersiapkan kunjungan dua hari ke China. Kunjungan tersebut bertujuan untuk menstabilkan hubungan yang tegang antara dua negara.
Ambisi Xi Jinping
Analis mengatakan keberadaan pangkalan mata-mata merupakan salah satu tanda ambisi Presiden China Xi Jinping untuk mengganggu pemerintahan Biden di Amerika Latin, 200 tahun setelah Monroe Doctrine mendeklarasikan Western Hemisphere berada di bawah kekuasaan eksekutif AS.
Dari pangkalan luar angkasa di Patagonia, Argentina hingga pabrik-pabrik di perbatasan Meksiko dengan Texas, China dan perusahaan-perusahaannya telah membangun pijakan di negara-negara dominasi AS. Bank-bank China yang dikelola negara juga telah meminjamkan lebih dari US$136 miliar ke wilayah tersebut.
Forum Ekonomi Dunia menyebut perdagangan antara China dan Amerika Latin, serta Karibia, meningkat dari US$12 miliar menjadi US$314 miliar dari tahun 2000 hingga 2020.
Carol Wise, seorang profesor hubungan internasional di University of Southern California, menyebut China memperlakukan Amerika Latin sebagai mitra dagang yang tepat. Sementara AS memperlakukan kawasan tersebut sebagai "sebuah wilayah tak berguna di mana kita harus lari ke sana untuk mengejar narcos atau gerilyawan lain."
Terobosan China di Kuba juga mencerminkan keputusasaan pulau tersebut akan uang tunai, 60 tahun setelah Presiden John F. Kennedy memesan lebih dari 1.000 cerutu untuk memenuhi kotak tembakaunya, dan kemudian menandatangani embargo perdagangan yang mencekik ekonomi negara tersebut sejak saat itu. Larangan tersebut membuat semakin bertambahnya kebencian terhadap AS di Amerika Latin.
Walaupun mengikuti langkah Moskow untuk membangun pangkalan mata-mata di Kuba, upaya China mendekati Amerika Latin punya tujuan berbeda. Uni Soviet berusaha menyebarkan revolusi dan mendirikan rezim Marxis Leninis di seluruh wilayah, dengan tingkat keberhasilan yang terbatas. Kuba adalah pengecualian besar. Dan hal tersebut membuat perekonomian Uni Soviet harus mengeluarkan biaya tinggi untuk subsidi yang diberikan.
Kedelai, Minyak
China kurang tertarik pada ideologi dan lebih fokus membeli komoditas. Seperti bijih besi dan kedelai dari Brasil, gandum dari Argentina, dan minyak dari Venezuela.
Di waktu yang sama, China diuntungkan setelah Presiden Venezuela Nicolas Maduro menyerang Presiden Joe Biden dari Caracas, memicu kekhawatiran dari AS sama seperti pangkalan baru Amerika di Indo-Pasifik yang menyita atensi dari Xi.
China juga terus menekan negara-negara lain untuk membatalkan pengakuan diplomatik terhadap Taiwan, yang baru-baru ini dilakukan oleh Honduras.
Kemudian, ada keuntungan tidak langsung dari mengawasi AS, dan memata-matai komunikasinya, dari dekat.
"Cuba dan Amerika Latin adalah titik pandang yang berguna untuk mengawasi Amerika Serikat, mengingat kedekatan dan sejarah interaksi yang panjang," kata Ja Ian Chong, seorang profesor ilmu politik di National University of Singapore. "Kuba secara kusus dapat mengizinkan pengmpulan sinyal intelijen mengingat keberadaan pangkalan militer AS di Florida dan Amerika Serikat bagian selatan."
Saling tuduh telah dimulai di Washington, setelah kemunculan dengan laporan bahwa China mengoperasikan pangkalan mata-mata di Kuba.
Blinken, diplomat top AS, mengatakan pekan ini bahwa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump tidak cukup berusaha dalam melawan upaya China untuk meningkatkan pengumpulan mata-mata di luar negeri. Hal tersebut dikatakan setelah ditemukan bahwa Beijing mengoperasikan pangkalan mata-mata di Kuba sejak 2019. Trump dan mantan pejabat pemerintahnya membantah, sebelum kemudian menyalahkan Biden.
--Dengan asistensi dari Rebecca Choong Wilkins.
(bbn)