Sedangkan nilai impor adalah US$21,28 miliar. Naik 14,35 % yoy dan impor melonjak 38,65% mtm. Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia masih mencatat surplus sebesar US$440 juta pada Mei 2023. Ini membuat neraca perdagangan Indonesia surplus 37 bulan beruntun.
Dari makro ekonomi global, data memperlihatkan tekanan inflasi Amerika Serikat terus mereda.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data Producer Price Index (PPI) AS, bahwa inflasi di tingkat produsen mengalami perlambatan selama 11 bulan berturut-turut menjadi 1,1% yoy pada Mei, terendah sejak Desember 2020 dan di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 1,5% yoy.
Adapun laju kenaikan PPI Inti melambat menjadi 2,8% yoy, terendah sejak Februari 2021 dan berada di bawah ekspektasi pasar sebelumnya sebesar 2,9% yoy.
Dari regional, ekonomi Tiongkok melambat pada Mei dengan pertumbuhan data Industrial Production dan Penjualan Ritel lebih rendah dari estimasi, sehingga memperbesar ekspektasi bahwa Pemerintah Tiongkok akan mengambil langkah untuk menopang pemulihan ekonomi.
Industrial Production Tiongkok hanya tumbuh 3,5% yoy pada Mei, melambat dari sebelumnya 5,6% yoy pada April dan sedikit di bawah ramalan pasar 3,6% yoy.
“Ini adalah pertumbuhan Industrial Production selama tiga belas bulan beruntun namun dengan laju pertumbuhan paling lambat dalam tiga bulan terakhir, khususnya akibat lesunya aktivitas di sektor manufaktur,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Selanjutnya, Penjualan Ritel (Retail Sales) AS tumbuh 1,6% yoy pada Mei, melanjutkan tren positif selama tiga bulan beruntun dan lebih baik dari ramalan pasar yang naik 1% yoy.
Tetapi, Industrial Production AS tumbuh melambat 0,2% yoy, namun lebih tinggi dari ekspektasi pasar, 0.1% yoy. Manufacturing Production masih dalam zona kontraksi 0,3% yoy, lebih baik dari kinerja bulan sebelumnya dengan kontraksi 0,8% yoy, dan senada dengan ekspektasi pasar.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan, IHSG ditutup menguat 0,21% ke 6.713 disertai dengan munculnya volume pembelian, penutupan IHSG pun mampu berada di atas MA-20.
“Selama IHSG masih mampu bergerak di atas 6.660 sebagai support terdekatnya, maka posisi IHSG saat ini kami perkirakan sudah menyelesaikan wave iv dari wave (iii) dari wave [iii],” papar Herditya dalam riset yang diterbitkan pada Jumat (16/6/2023).
Herditya juga memberikan catatan, berarti pergerakan IHSG akan cenderung menguat untuk menguji rentang area 6.764–6.819.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, ANTM, ERAA, MEDC, dan TLKM.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, pada perdagangan kemarin IHSG menguat dengan kenaikan 0,21%, dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp235 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways cenderung menguat pada hari ini, dengan resistance 6.723–6.725 dan support 6.700–6.651 Dengan saham rekomendasinya ialah PTBA, PGAS, ICBP, GOTO, EXCL, dan ARTO.
(fad/dhf)