“Secara historis, selama ini PTBA bayar dividen sekitar 70 - 80% labanya, dan pada tahun lalu dividennya sebesar 100% laba. Jadi ada kemungkinan untuk tahun ini dividennya 100% labanya juga, yakni Rp1.094 per saham untuk tahun buku 2022,” ujarnya dalam analisa yang dipublikasikan pekan lalu.
Menurut Teguh, PTBA mencatat arus kas bersih dari aktivitas operasional sebesar Rp12,5 triliun, atau hampir sama persis dengan laba bersihnya yang juga Rp12,5 triliun.
“Laporan arus kas ini penting untuk dicek karena laba bersih perusahaan belum tentu seluruhnya berupa kas, sedangkan untuk bayar dividen maka perusahaan harus pakai uang kas,” ujarnya.
Berikutnya, Teguh mengatakan posisi kas PTBA mencapai Rp16 triliun, setara Rp1.388 per saham. Dengan posisi ini maka PTBA punya kas lebih dari cukup untuk bayar dividen Rp1.000 per saham.
“Lalu apakah PTBA sedang butuh uang tunai untuk bayar utang atau ekspansi tertentu? Maka, memang dulu ada cerita PTBA akan akuisisi PLTU Pelabuhan Ratu dari PT PLN, namun skemanya ketika itu adalah PTBA akan dibantu untuk pendanaannya oleh Kementerian BUMN, sehingga mengindikasikan bahwa PTBA akan tetap bisa bayar dividen jumbo seperti biasa,” ujar Teguh.
(dba)