Catarina Sariva dan Steve Mathhew - Bloomberg News
Bloomberg - Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, memutuskan menahan suku bunga acuan bulan ini. Namun ada prediksi kenaikan bunga acuan lebih tinggi ketimbang perkiraan sebelumnya, dalam apa yang disebut oleh Jerome Powell - Ketua The Fed- sebagai inflasi yang secara mengejutkan persisten dan pasar tenaga kerja yang kuat.
Powell, bicara di hadapan para reporter dalam konferensi pers Rabu waktu Amerika, menghadapi tugas-tugas menantang dalam menjelaskan dua kebijakan yang bertolak belakang: memutuskan menahan bunga acuan setelah 10 bulan berturut-turut mengereknya sembari memberi indikasi bahwa setidaknya akan ada dua kenaikan bunga lagi yang dibutuhkan pada tahun ini, kemungkinan paling cepat terjadi pada Juli nanti.
"Komite berpikir secara umum adalah hal yang layak untuk memoderasi langkah [kenaikan bunga acuan], bila itu hanya sedikit. Itu memberi kami informasi lebih banyak dalam membuat keputusan. Kami berusaha membuat keputusan yang lebih baik. Itu akan memberikan perekonomian waktu sedikit lebih banyak untuk beradaptasi sementara kami membuat keputusan untuk ke depan," jelasnya.
Proyeksi tinggi yang mengejutkan juga mencerminkan kembalinya strategi Fed mendinginkan perekonomian yang masih berlari kencang sementara memperlambat pengetatan dari langkah yang agresif tahun lalu, sebuah strategi yang terbukti telah membuat tekanan pada perbankan Maret lalu.
Menjeda kenaikan bunga sementara di saat yang sama memberi sinyal kenaikan bunga acuan lebih lanjut membantu Fed memiliki fleksibilitas lebih luas, menurut James Knigtley, Chief International Economist di ING.
"Mereka telah membeberkan gambaran kenaikan bila data inflasi masih tinggi tapi itu juga bisa dengan mudah berbalik bila ternyata [inflasi] mereda," jelasnya.
Proyeksi Lebih Tinggi
Para pengambil kebijakan pada Rabu lalu mempertahankan bunga acuan di kisaran 5-5,25%, untuk pertama kalinya sejak 15 bulan terakhir langkah pengetatan moneter dijalankan termasuk kenaikan jumbo 75 bps tahun lalu.
The Fed mulai memoderasi langkah pengetatan moneter sejak Desember dengan menaikkan sebesar 25 bps sejak saat itu hingga tiga kali FOMC tahun ini.
Bursa Asia naik pada Kamis pagi setelah keputusan Fed dan pemangkasan bunga acuan oleh China menjadi dukungan pada perekonomian Tiongkok yang sedang berjuang bangkit. Adapun indeks dolar AS naik.
Namun, dengan data ekonomi yang lebih kuat daripada perkiraan dan kemajuan dari perlambatan inflasi menilik beberapa data, The Fed pekan ini menaikkan ekspektasi perihal seberapa banyak lagi kenaikan bunga acuan dibutuhkan untuk menjinakkan inflasi.
Median estimasi untuk Fed Fund Rate saat ini naik menjadi 5,6% pada akhir tahun, mencerminkan dua kali lagi kenaikan bunga acuan dari posisi 5,1% di Maret 2023.
Para pedagang surat utang yang memperkirakan bunga acuan Fed akan turun tahun ini, tidak berekspektasi akan ada kenaikan Fed Fund Rate setinggi yang diproyeksikan oleh bank sentral.
"Level 5,6% cukup konsisten dan bila Anda berpikir tentang hal itu, di mana FFR diperdagangkan di level itu sebelum insiden perbankan pada Maret lalu. Jadi, kami sepertinya akan kembali ke sana," kata Powell.
(bbn)