"Kemudian juga ada kenaikan yang cukup signifikan untuk komoditas mesin dan peralatan mekanis (HS84) US$201,6 juta, naiknya 53,77% mtm. Lalu, mesin dan perlengkapan elektrik (HS85) US$197,5, naik 19,11% mtm; lemak dan minyak nabati (HS15) US$158,5 juta, naik 9,04%; dan alas kaki (HS64) US$157,9 juta, naik 35,66% mtm," papar Edi.
Adapun, lima komoditas dengan penurunan ekspor terbesar yaitu tembaga dan barang dari tembaga (HS74) turun sekitar US$24,1 juta, turun 13,65% mtm; bahan kimia anorganik (HS28) minus US$60,7 juta, turun 37,66% mtm; besi dan baja (HS72) minus US$137 juta, turun 6,33% mtm; bijih logam, terak dan abu (HS26) minus US$156,1 juta, turun 19,41%, dan bahan bakar mineral (HS27) minus US$175,8 juta, turun 4,39%.
"Catatan kami ada beberapa komoditas unggulan kita yang 2—3 tahun terakhir mewarnai perkembangan luar negeri kita. Pertama, besi baja dalam 3 tahun terakhir cukup signifikan memberikan devisa bagi negara kita. Dalam 3 tahun terakhir nilainya bervariasi, tetapi khusus Mei ada kecenderungan menurun dibandingkan dengan April. Mei tercatat nilainya US$2,2 miliar," ujar Edi.
Dia mengelaborasi harga beberapa komoditas mengalami penurunan, tidak terkecuali besi dan baja. Di tingkat global, harga komoditas logam tersebut per akhir Mei bertengger di level US$105 per metrik ton.
"Jadi untuk besi baja, meski secara nilai ada sedikit penurunan secara mtn, tetapi secara volume ada tren kenaikan. Bahkan, Januari—Mei ada kenaikan volume," tuturnya.
(wdh)