Dalam sepekan terakhir, harga emas turun 0,27% secara point-to-point. Selama sebulan ke belakang, harga anjlok lebih dari 4%.
The Fed Masih Hawkish
Koreksi harga emas disebabkan oleh keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve/The Fed. Dini hari tadi waktu Indonesia, Ketua Jerome Powell dan sejawat sepakat untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5-5,25%. Ini adalah kali pertama dalam 15 bulan suku bunga acuan tidak dinaikkan.
Meski demikian, pasar masih merasakan aura hawkish dari The Fed. Dalam jumpa pers usai rapat, Powell menyebut hampir seluruh pejabat The Fed masih memperkirakan ada kenaikan suku bunga lebih lanjut.
“Tekanan inflasi masih berlanjut dan masih tinggi. Proses mengembalikan inflasi ke target 2% masih panjang,” tegas Powell, sebagaimana diwartakan Bloomberg News.
Oleh karena itu, pelaku pasar memperkirakan Federal Funds Rate belum bisa turun sampai 2024. Berdasarkan survei MLIV Pulse yang melibatkan 223 responden, 70% menyebut The Fed belum selesai dengan kenaikan suku bunga acuan. Hanya 30% yang menyatakan suku bunga acuan sudah mencapai puncak.
Saat ditanya kapan The Fed bisa menurunkan suku bunga, 56% responden memperkirakan batu akan terjadi paling cepat kuartal II-2024. Sementara 35% memperkirakan pada kuartal I-2023 dan sekitar 10% menyebut kuartal IV-2023.
Sentimen kenaikan suku bunga menjadi kabar buruk bagi emas. Sebab, emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset) sehingga kurang menarik dalam iklim suku bunga tinggi.
(aji)