Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, data terkini memperlihatkan tekanan kenaikan harga di AS terus mereda di bulan Mei. Inflasi inti melambat menjadi 5,3% secara tahunan (year-on-year/yoy), terendah sejak November 2021 dari kenaikan sebelumnya 5,5% yoy pada April.
“Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi naik 0,1%, lebih lambat dari kenaikan 0,4% pada bulan sebelumnya dan sedikit di bawah ekspektasi pasar yang naik 0,2%,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Penurunan suku bunga jangka pendek di Tiongkok pada Selasa kemarin untuk pertama kali dalam 10 bulan terakhir juga memperkuat harapan bahwa Pemerintah Tiongkok akan meluncurkan paket stimulus ekonomi untuk memberi dukungan pada proses pemulihan ekonomi tahun ini.
Paket stimulus ekonomi Tiongkok diprediksi paling cepat dapat diluncurkan hari ini dengan Bank Sentral Tiongkok (PBOC) yang diproyeksikan akan menurunkan suku bunga Medium Long-Term Facility (MLF) bertenor 1 tahun.
Pada hari yang sama, sejumlah data penting ekonomi Tiongkok seperti Industrial Production, Penjualan Ritel, Tingkat Pengangguran, Indeks Harga Perumahan, serta Investasi Aset Tidak Bergerak (Fixed Asset Investment) dijadwalkan untuk dirilis.
Selanjutnya, investor tengah wait and see terhadap data ekonomi dalam negeri, di mana Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis data perdagangan internasional Indonesia periode Mei 2023 pada siang hari ini.
Ekspor Indonesia diperkirakan anjlok pada Mei 2023, demikian juga dengan angka impor. Sementara neraca perdagangan ‘Diramal’ tetap surplus, meski jumlahnya menyusut.
Penurunan ekspor dan impor menjadi tanda tanya bagi prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kemungkinan pertumbuhan ekonomi tahun ini sulit mengulangi pencapaian tahun lalu, yang tumbuh 5,31%.
Konsensus pasar yang dihimpun Bloomberg dengan melibatkan 21 institusi menghasilkan angka median proyeksi pertumbuhan ekspor di -7,72% yoy. Sedangkan median angka proyeksi untuk pertumbuhan impor Mei 2023 adalah -9% yoy.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menjelaskan, IHSG kembali ditutup terkoreksi 0,29% ke 6.699 dan masih didominasi volume penjualan, namun demikian penutupan IHSG masih mampu berada di atas MA-20.
“Saat ini, posisi IHSG sedang berada pada bagian dari wave iv dari wave (iii) dari wave [iii], hal tersebut berarti IHSG akan terkoreksi terlebih dahulu ke rentang area 6.645–6.664 selama belum mampu break 6.744 sebagai resistancenya,” papar Herditya dalam riset yang diterbitkan pada Kamis (15/6/2023).
Herditya juga memberikan catatan, setelah koreksi selesai, maka IHSG berpeluang menguat kembali ke rentang 6.764–6.819.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BIRD, BNBR, JSMR, dan MPMX.
Analis CGS-CIMB Sekuritas memaparkan, The Fed mempertahankan suku bunganya. Tetapi mengisyaratkan proyeksi ekonomi baru bahwa biaya pinjaman kemungkinan akan naik setengah poin persentase lagi pada akhir tahun ini.
Adapun pada perdagangan kemarin IHSG melemah dengan turun 0,29%, dengan investor asing mencatatkan net sell sebesar Rp751 miliar pada reguler market.
Melihat hal tersebut, CGS-CIMB memperkirakan IHSG berpotensi bergerak sideways cenderung melemah pada hari ini, dengan resistance 6.700–6.723 dan support 6.670–6.631 Dengan saham rekomendasinya ialah PTBA, ANTM, PGAS, BBCA, CTRA, dan ICBP.
(fad/dhf)